Did

5.5K 687 118
                                    

Ehehehehe 👀




"Gerahhhh ihhh. Minggir dong!" pekikan Haechan justru dibalas pelukan yang semakin erat oleh Mark juga kecupan-kecupan ringan di seluruh wajahnya, membuat yang lebih muda akhirnya hanya bisa menghela napas pasrah. Mark akhirnya melepaskan pelukan mereka dan meraih tangan kekasihnya untuk digenggam, membuat tangan Haechan tenggelam di tangannya sebelum mengecup punggung tangannya sekilas.

"I love you." ucap Mark acak, ganti mengecupi bahu kekasihnya, yang sudah sibuk menatap ponselnya, membiarkan Mark melakukan entah apapun. "Jangan marah."

"Tau gerah gak? Minggir."

"Udah pake AC kok." balasnya, ikut mengambil ponselnya untuk memperdengarkan hasil rekaman Haechan kepada kekasihnya. Sedetik kemudian, rajukan Haechan luntur karena suaranya yang terdengar mengalun di antara mereka berdua.

"Suaraku bagus ternyata."

"Told ya!" Soraknya senang, memuji suara kekasihnya yang akhirnya benar-benar diuploadnya di soundcloudnya. Mark lalu meraih pinggang kekasihnya mendekat, dan meniup bagian belakang telinganya untuk menggodanya. Merasa tidak ada penolakan, Mark beralih mencium dan mengulum telinga kekasihnya, yang justru langsung melenguh, menolehkan kepalanya dan memandangnya dengan tatapan sayu. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Mark menurunkan ciumannya ke arah leher dan tulang selangka Haechan, yang sedari tadi menarik perhatiannya, membuatnya ingin memberi tanda di sana.

"Jangan. Kak." Pintanya dengan nada putus-putus setelah tangan Mark berpindah ke sela-sela pahanya, merabainya perlahan. Haechan mengumpat dalam hati ketika menyadari bahwa dirinya hanya berada berdua saja dengan Mark karena Lucas dan kawan-kawan sedang pergi keluar.

"Nanti aku pelan." Bujuknya dengan menahan nafsunya yang sudah di ubun-ubun. Mencoba meyakinkan kekasihnya untuk lebih rileks.

"Badanku nanti sakit." Rengeknya saat Mark sudah berposisi di atasnya, dengan mereka masih berada di sofa ruang tengah dorm Mark. Haechan mendecih menyadari saat pertamanya akan dilakukan di atas sofa. Kepala Mark berada di atas dadanya, menyingkapkan kausnya hingga bisa menciumi dada Haechan yang membusung. Membasahi puting menegangnya perlahan. Membuatnya lupa dengan penolakannya beberapa saat silam karena terlanjur dibuai dengan kenikmatan dari bibir dan tangan kekasihnya. Haechan lalu berteriak saat Mark menggendongnya dan membawanya ke dalam kamar. Kembali menciumi dada telanjang yang sudah terlentang di kasurnya.

"How could you be this beautiful?" Suara serak Mark membuat Haechan menutup matanya menggunakan satu tangannya, tangan lainnya mencengkeram seprai di bawahnya. Menikmati sensasi hangat mulut kekasihnya melingkupi miliknya yang sudah menegak sempurna. Mark menyeringai senang, menyentil milik kekasihnya yang sudah mengeluarkan cairannya setelah dikulumnya, juga menikmati pemandangan di atasnya, di mana kekasihnya sibuk mengatur napasnya setelah pelepasannya yang pertama. Mark lalu membawa satu jarinya untuk memasuki lubang Haechan, membuat yang lebih muda memekik kaget karena ada benda asing yang memasuki tubuhnya.

"Pelan. Kak." Desisnya memperingatkan saat Mark memasukkan jari ketiganya, mencoba melonggarkan jalan masuknya. Merasa Haechan sudah lebih rileks, Mark mengeluarkan ketiga jarinya dan ganti membebaskan miliknya. Mark langsung memasukkan miliknyaa dalam sekali hentak dan buru-buru mencium kekasihnya yang sudah akan kembali berteriak. Tangannya menahan pinggang Haechan yang sudah akan kembali bergerak, membuatnya lalu menarik kaki kekasihnya untuk diletakkan di bahunya. Membuatnya semakin mudah melesakkan miliknya dalam-dalam, yang disambut lenguhan Haechan. Mark menyeringai mendengar suara indah kekasihnya menggema di kamarnya.

"Call my name." Pintanya saat Haechan merengek karena tiba-tiba dirinya memelankan gerakannya.

"Maaaaaaark. Please." Balasnya cepat, merengek karena kepuasannya dihentikan secara tiba-tiba. Mark lalu melepas tautan tubuh mereka, memutar tubuh kekasihnya hingga menungging di hadapannya. Tangannya masih menahan tubuh berkulit sewarna karamel di hadapannya dan kembali memasukkan miliknya ke lubang berkedut kekasihnya.

"As you wish, Babe." Jawabnya sambil kembali menghentak-hentakkan tubuhnya berkali-kali, membuat Haechan kembali melenguh. Tangan Mark menggenggam milik Haechan, menaikturunkannya hingga pria itu kembali mengeluarkan cairannya. Bersamaan dengan dirinya. Mark mencium punggung gemetar Haechan, kembali mengukir tanda kemerahan di badan kekasihnya itu.

"Aku takut." Haechan melukis pola acak di atas dada kekasihnya, yang sudah memeluknya erat setelah kegiatan panas mereka. Sesekali bibir Mark mengecupi puncak kepalanya perlahan.

"Aku bakal tanggung jawab." Yang lebih muda menghela napas, merutuki keputusannya, terutama setelah menyadari posisi mereka, dan Mark yang keluar di dalam tubuhnya lebih dari sekali. Juga tenggelam dalam ketakutannya membuat keluarga kecewa pada dirinya.

"Nah, it's okay. My fault too." ujarnya dengan suara serak akibat terlalu banyak berteriak, mengakui bahwa dirinya ikut ambil bagian dalam perbuatan mereka siang itu. Dia bahkan tidak sanggup menolak cumbuan kekasihnya.

"Hey, enggak kayak gitu. Aku gak akan ninggalin kamu." Haechan terdiam, menelan bulat-bulat janji manis kekasihnya.

It's okay, they only did it once. Nothing will happened, right?

***

Timeline Johnny oh Johnny
di chapter "Ngambek"

Wkwkwkwk aku gabut banget
kalau lagi banyak kerjaan :v

Close to YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang