|Part 9| Murid Pindahan

990 203 11
                                    

Fashion ku, masalahku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fashion ku, masalahku.
Kenyamanan dari sebuah baju, namun di benci ketika orang lain melihatku.
~Prima Pramesti~

Bel sudah dibunyikan lima menit yang lalu, pertanda bahwa jam pelajaran akan segera di mulai di dalam kelas masing-masing. Namun tidak dengan salah satu kelas yang cukup dibilang favorit, namun tak mencerminkan itu. Suasana kelas yang begitu ribut, ramai, dan berhamburan membuat suara gaduh itu terdengar hingga keluar. Tak banyak yang tahu, gelarnya saja A, namun kelas itu penuh keributan semata. Tak ada guru, ada guru sama saja keadaannya.

Kelas di lantai atas ini merupakan kelas yang dibilang cukup terkenal di pandangan guru-guru. Cukup di kenal sebagai kelas yang susah untuk menjadi cerminan. Ya, walau pun semua murid yang ada di sana pintar-pintar. Pemikiran mereka di atas rata-rata, namun kelakuan minus semua. Jika di tegur mereka selalu mengatakan, generasi milenial harus begini. Guru-guru sudah hafal, makanya tak ada satu pun yang berani menegur.

"Selamat pagi!"

Suara lantang dan wajah berwibawa dari seorang pria yang memang rata-rata di kagumi membuat semua aktivitas seolah terhenti. Para murid yang tadinya duduk di sana dan kemari kini sudah merapikan diri. Semenjak kedatangan pria muda yang tak lain adalah kepala sekolah mereka, semuanya bisu dan diam tanpa suara. Para siswi langsung menaruh tangan mereka untuk menyangga dagunya. Mata mereka menatap ketampanan kepala sekolah yang tak ada duanya. Senyum dan wajah tegas yang di punya membuat siswi di dalam kelas itu seolah tak bisa berkata-kata.

"Pagi? Kok tidak ada yang menjawab salam saya?" tanya kepala sekolah.

"Gimana mau jawab pak? Ngeliat wajah bapak aja gak sanggup ngomong lagi, apa lagi jawab pertanyaan bapak," celetuk salah satu siswi yang diketahui bernama Siska Amelie membuat kepala sekolah itu tersenyum ramah.

"Cukup pak! Jangan senyum. Nanti saya diabetes," celetuk salah satu siswi membuat Gilang menatap ke arah siswi itu.

"Ada-ada saja kalian," balas Gilang. Gilang merupakan kepala sekolah di SMA KARTIKA salah satu SMA favorit di kawasan Jakarta. Di kenal dengan paras sempurna sampai tak ada cela, pintar, tinggi, berwibawa, dan lesung pipinya membuat semua siswi menobatkan dirinya sebagai kepala sekolah tertampan di Jakarta. Sudah muda, berhasil, jomblo pula. Banyak sekali dari siswi yang mengidam-idamkan untuk menjadi calon istri, ya, itu pun kalau bisa.

"Baik. Takut kalian diabetes berkepanjangan, bapak mau memperkenalkan murid pindahan yang saat ini akan bergabung dengan kelas kalian." Tangan Gilang kemudian mengajak Prima untuk masuk ke dalam kelas, membuat semua siswi terpekik karena kepala sekolah mereka memegang tangan murid pindahan.

Gilang membawa Prima di depan. Tepatnya ke arah semua mata memandang mereka sekarang. Prima berdiri dengan canggung. Tangannya berkeringat dan jantungnya berdetak kencang, bukan jatuh cinta, melainkan gugup yang berlebihan. Bahkan matanya seolah tak sanggup untuk menatap depan dan hanya bisa memegang tangannya gusar dengan kepala yang di tundukan.

Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang