Bersabarlah
Hanya soal waktu
Hanya perlu berdoa
Setiap kesulitan akan berganti kemudahan
Setiap kesedihan akan berganti kebahagiaan.Dua kresek ia jinjing sembari menyusuri jalan. Tak pernah mengeluh untuk berbagi makanan, Prima rela menempuh puluhan kilo untuk mengantarkan langsung makanan yang sudah ia masak. Pecel lele yang ia buat begitu banyak membuat ia tak tega membiarkannya di atas meja tanpa sentuhan tangan siapa pun. Mengabaikan jam sekolahnya, ia terus berlari dan membagikan makanannya pada orang-orang yang ia anggap tak mampu untuk membeli makanan.
"Yah, udah jam 07.00 lagi. Nasi kotak juga tinggal satu. Ah, aku bawa ke sekolah aja, deh." Prima kemudian memasukkan nasi kotak itu ke dalam tasnya. Setelah selesai ia pergi menuju halte bus di depan saja.
Sinar matahari pagi membiaskan sinarnya tepat ketika ia sedang menunggu bus yang entah kapan akan tiba. Ia menatap penuh harap, bahwa bus akan segera datang tepat pada waktunya. Jika telat, ia bisa habis di sekolah. Prima adalah anak yang disiplin pada waktunya, namun tak selamanya ia bisa menempatkan diri pada waktu yang sama. Cukup lama ia menunggu akhirnya sebuah bus menghampiri dirinya. Ia segera naik dan berharap ada sisa waktu untuknya masuk ke dalam sekolah. Kondisi bus yang ramai membuat ia harus berdiri karena tak ada lagi tempat kosong untuk dirinya. Walau terasa cukup menyenangkan, tapi hatinya tak tenang.
"Semoga masih bisa sampai ke sekolah tepat waktu," lirih Prima melihat betapa lambatnya bus ini berjalan dan berulang kali terhenti karena penumpang yang akan datang ke dalam.
"Yo, SMA Kartika!" Seorang kenek memberi tahu arah tujuannya.
"Iya, pak. Sebentar." Prima berusaha untuk menembus puluhan orang yang juga berdiri sama seperti dirinya dengan penuh kesusahan. "Permisi, Bu."
Setelah berusaha keras akhirnya ia memberi uang dan berjalan keluar dari bus yang membawa ia ke tujuan. Prima tampak berlari kala pintu gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Ia menghela napasnya sejenak. Menatap penuh harap pada satpam yang berjaga di tempat. Berusaha untuk meminta bantuan agar dirinya di berikan akses masuk ke dalam.
"Pak tolong. Prima janji gak akan telat lagi," ucap Prima pada satpam yang tampak menggelengkan kepalanya.
"Kamu telat 30 menit. Jadi tunggu sampai jam istirahat datang," balas satpam itu membuat Prima menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Kepergian satpam yang masuk ke dalam membuat Prima tak lagi ada harapan. Ia berusaha untuk mencari orang yang telat juga, tapi hanya nihil yang ia dapatkan. Tak ada satu pun orang membuat Prima menuju sebuah warung yang tak jauh dari gerbang sekolah. Dengan tatapan lemahnya ia berusaha untuk baik-baik saja walau hatinya tak tenang saat itu juga. Ia menyebrang jalan untuk sampai di sebuah warung kecil penjual makanan. Setelah sampai ia terduduk dan memesan minuman.
"Berapa Bu?" tanya Prima ingin membayar minumannya.
"Lima ribu aja. Neng mending masuk ke dalam aja. Saya takut kalau ketemu kepala sekolah di tegur nanti," balas penjual itu membuat Prima yang sudah putus asa pun mengangguk dan masuk ke dalam.
Langkah kakinya terhenti begitu saja kala ia menemukan seorang pria yang tak asing baginya. Pria yang sedang menatap dirinya dengan asap rokok dan puntung rokok di tangannya. Prima ingin keluar kembali, namun suara itu membuat ia menghentikan langkahnya. "Kalau lo keluar, siap-siap kena hukuman."
KAMU SEDANG MEMBACA
Milenial VS Old Style (Completed)
Fiksi Penggemar#Rank 2 Gaul (3 Maret 2021) #Rank 3 Milenial (3 Maret 2021) #Rank 2 Gaul (25 Maret 2021) #Rank 2 Milenial (26 Maret 2021) #Rank 3 Literasi (14 Mei 2021) #Rank 1 Gaul ( 19 Mei 2021) #Rank 2 School (20 Mei 2021) "Lo hidup di generasi muda sekara...