|Part 43| Sesak Tak Terduga

760 167 54
                                    

Tidak ada yang aneh,
Besarnya benciku hari ini, mencerminkan
Besarnya rasa sayangku yang kau sia-siakan.

Sakit? Itu lah yang Prima rasakan. Semua dugaan sudah ia berantas agar tak menimbulkan kepercayaan, namun apa yang ia dapatkan? Hanya luka yang tersisa dengan segala rasa sesak yang ada. Pada semua orang ia tak percaya bahwa Panji adalah seorang pria yang mempermainkan seorang wanita, tapi hari ini, ia seolah tak bisa berkata-kata. Kenyataan yang ada membuat ia seolah membeku pada pikiran yang sia-sia. Ia mencintai sosok pria yang selalu membuat ia nyaman akan masalahnya, tapi pria itu juga yang membuat ia harus merasakan luka yang luar biasa.

Cinta dan dicintai itu sudah ada di bumi manusia, tapi luka dan sesak tergantung bagaimana kita mencintai manusia. Sebesar apa pun kita mencintai dia, kalau pria yang kita cintai bukan pria yang baik, maka luka yang akan kita raih setelahnya. Pada dasarnya cinta tak salah, perasaan yang terlalu dalam lah yang membuat kita harus merasakan luka yang luar biasa. Kepercayaan yang amat besar membuat kita menganggap bahwa dia tak akan pernah mencintai kita, namun yang namanya manusia mendapatkan yang sempurna pasti meninggalkan yang selalu ada untuknya. Itu namanya manusia.

"Prim, bilang ke gue. Lo kenapa?" tanya Siska di sela-sela mereka menuju parkiran mobil.

Prima hanya diam. Wanita itu terus menarik tangan sahabatnya agar menjauh dari ruang sesak yang ia rasa. Ia tak bisa berkata-kata. Bahkan untuk bernapas pun ia susah. Hatinya sesak dan tekanan hati yang membuat ia tak bisa berkata-kata. Baginya yang baru merasakan cinta, ada rasa sakit yang tak bisa di hilangkan begitu saja.

"Prima!" panggil seseorang pria yang tak lain adalah Ramdan yang terus menerus mengejar Prima yang seolah tak mau mendengarkan dirinya.

Prima pun menoleh. Hatinya semakin sakit kala seorang pria yang pernah membantunya ikut memberikan luka di dasar hatinya. Rasa sakit itu semakin bertambah kala pria itu tiba-tiba memeluk dirinya dan memberikan ketenangan baginya, padahal ia di matanya hanyalah seorang boneka.

"Please. Gue beda sama dia. Gue cinta sama lo tulus," ucap Ramdan membuat Prima melepaskan pelukannya secara kasar. Dengan amarah yang ada di matanya Prima meluapkan rasa kecewanya pada pria yang ikut mempermainkan dirinya.

"Bohong! Aku gak tuli. Aku dengar sendiri. Kalian cuman jadikan aku bahan taruhan. Sekarang kalian puas? Puas karena aku merasakan sakit yang amat besar? Aku gak nyangka ----" Prima nampak menutup mulutnya tak percaya mencoba untuk menahan Isakan yang lolos dari mulutnya. Wanita itu berusaha untuk menenangkan pikirannya.

Siska yang mendengar itu akhirnya paham. Wanita itu tak bodoh untuk mencerna apa yang sahabatnya katakan. Baru saja ia mendapatkan sebuah fakta, bahwa Prima hanya di jadikan mainan saja oleh pria-pria yang berusaha untuk menenangkan taruhan itu. Siska yang melihat Prima tak berdaya langsung berdiri di hadapannya kala Ramdan berusaha untuk kembali menyentuhnya.

"Jauh-jauh. Di sini gue emaknya."

"Gak usah ikut campur," pinta Ramdan dengan suara keras.

"Tuli lo? Gue bilang, gue ini emaknya. Prima anak gue. Lo nyakitin dia, sama aja lo berhadapan sama gue. Paham orang ganteng?" tanya Siska berusaha untuk menjaga Prima.

"Prim. Dengerin gue, fisik lo gak jadi masalah. Mau dari mana pun lo, cinta gue tulus. Gue akui, awalnya gue jadikan lo bahan mainan, tapi sekarang gue cinta sama lo. Jangan anggap gue sama kaya Panji. Panji lebih bangsat dari pada gue," ucap Ramdan berusaha untuk menjelaskan pada Prima yang terus berlindung di belakang Siska yang menatap Ramdan tajam.

Siska yang mendengar itu tersenyum miring. "Itu karma. Hanya orang bodoh yang menyia-nyiakan wanita sebaik Prima. Mungkin dulu lo jadikan dia bahan taruhan, tapi sekarang lo mau Prima jadi pacar lo. Lo gila? Atau udah gak punya otak? Hati lo permainkan, sekalian aja jantung lo sini gue jadikan bal. Mau lo? Mengundang emosi cecan anjir."

Ramdan yang mendengar itu tak peduli. Ia akui perkataan Siska ada benarnya. Mungkin ini adalah karma baginya. Ia tak belajar dari Panji yang tiba-tiba mencintai Arinda dan sudah pacaran lebih dari tiga bulan lamanya. Ia tak belajar, bahwa keinginan bisa menjadi cinta yang tak berujung yang kemudian menimbulkan perjuangan. Ia terlalu bodoh. Hanya karena balas dendam ia membuat permainan ini dan pada akhirnya menjebak dirinya sendiri.

"Yok Prim. Lo harus tenangkan diri lo," ucap Siska kemudian mengajak Prima pergi meninggalkan Ramdan yang tak bisa berbuat apa-apa di tempatnya.

Siska membawa masuk Prima ke dalam mobilnya. Ia tak menyangka bahwa kejadian ini akan terjadi pada Prima yang baru saja mengalami yang namanya jatuh cinta. Siska memberikan tisu pada Prima yang terus menangis di tempatnya. Ia tahu sesakit apa ketika cinta kita tak bisa di balas dengan cinta yang sama. Rasanya sakit dan sesak secara nyata menghampiri hati kita.

"Aku gak nyangka. Selama ini Panji yang buat aku tersenyum, tapi dia juga yang bikin luka dalam di hati aku. Aku gak nyangka," lirih Prima masih dengan ketidakpercayaannya.

"Rasa sakit itu timbul, kalau cinta kita terlalu dalam sama doi. Cinta itu wajar, tapi lo juga harus siap kalau cinta lo hanya di jadikan pelarian, bukan tempat singgah bagi dia." Siska kemudian meraih bahu Prima agar menghadap pada dirinya. "Dengerin gue. Balas dendam terbaik adalah dengan lo berubah. Lo gak bisa nangis doang. Buktikan sama mereka, terutama Panji yang sakiti lo. Lo pasti bisa. Lo harus berubah, Prim. Dia gak suka dari fisik, kan? Kalau gitu lo harus berubah."

"Caranya?" tanya Prima sembari menghapus air matanya.

"Lo harus jadi primadona di sekolah. Dengan begitu, lo bisa buktikan ke dunia, kalau lo sekarang baik-baik saja walau pun murid-murid anggap lo rendah. Mereka gak tahu lo, karena lo gak mau pernah buktikan bahwa lo pantas di cintai sama orang yang tepat. Gue akan bantu lo," ujar Siska penuh ketulusan. Selama ini ketika sahabatnya di bully, ia diam saja. Namun kali ini tidak lagi. Ia tak bisa berdiam diri kala Prima berada dalam kondisi yang tak baik seperti ini.

Prima kemudian berpikir. Benar apa yang dikatakan Siska. Hari ini cinta berubah menjadi benci yang tak kasat mata. Kebencian itu bermula kala cintanya yang tulus tak pernah di anggap ada oleh Panji yang ternyata hanya menjadikan dirinya bahan mainan saja. Awalnya ia tak menyangka, namun kali ini ia harus percaya bahwa Panji bukan pria baik untuknya. Ia harus berubah. Dan itu adalah tekadnya.

#TBC

Gimana part kali ini guys?

Setuju kalau Prima berubah?

Ship couple kalian masih sama atau sudah berubah nih?

Jangan lupa untuk follow akun Wattpad Shtysetyongrm dan Instagram Shtysetyongrm 🥰.



Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang