|Part 42| Terlanjur Patah Hati

794 161 41
                                    

Aku memang tak sempurna dan bisa jadi cintaku ini tak pernah kau harapkan untuk ada, Terima kasih sudah mencintai walau itu hanya sandiwara yang menimbulkan luka di hati yang sama.

"Prima," panggil seseorang mampu membuat dua orang remaja wanita yang ingin pulang menghentikan langkahnya. Salah satu dari mereka kemudian terdiam di tempatnya dengan banyak tanda tanya perihal apa yang terjadi sebelum pria itu menghampirinya.

Pria yang memanggil Prima adalah Panji yang mengejar Prima karena melihat punggung gadis ini ingin meninggalkan sekolah. Ada satu alasan dan permintaan yang ingin ia lakukan pada sang pacar bohongan. Panji kemudian menarik tangan Prima untuk menjauh sedikit, kala Siska terus menatapnya tajam. Sorot mata itu di berikan karena ia mengetahui kejadian yang baru saja terjadi dan itu membuat dirinya sebagai sahabat Prima sangat emosi.

"Ikut gue," pinta Panji membuat Prima mengangguk dan mengikutinya untuk menjauh sebentar dari Siska yang terus menatap mereka dari kejauhan.

Panji kemudian melepaskan tangannya. Pria ini tampak gelisah di tempatnya. Berulang kali mata itu menatap ke arah kanan dan kiri untuk memastikan situasi yang terjadi. Tempat pertemuan mereka kali ini tak ada siapa pun, karena kondisi bel pulang sekolah sudah berbunyi enam menit yang lalu. Hanya ada mereka bertiga yang ingin jalan pulang ke rumah mereka.

"Mau ngomong apa?" tanya Prima membuka suara.

"Lo jangan hadir di pesta ulang tahun Arinda. Kali ini aja lo percaya sama gue," pinta Panji membuat Prima menatapnya aneh.

"Kenapa?"

"Intinya lo gak usah hadir." Panji kemudian menatap Prima tajam. "Kalau lo hadir, kita putus."

Prima membulatkan matanya. Ia tak menyangka Panji akan berkata seperti itu padahal ia amat mencintai pria yang ada di hadapannya. Satu tanda tanya terus ada mewakili apa yang ia lihat kala ia berangkat sekolah. Ia ingin bertanya, namun atmanya seolah tak bisa melakukan itu semua. Sebenarnya ada apa? Kenapa Panji melarangnya untuk hadir di sana? Walau ia tak menyangka Panji akan berkata seperti itu, tapi ia tak bisa berkata-kata apa-apa di tempatnya.

"Ingat. Kita putus!" Panji kemudian pergi meninggalkan Prima menuju parkiran sekolah. Sementara Prima kemudian menghampiri Siska yang menatapnya penuh rasa curiga.

"Bilang apa aja dia?" tanya Siska pada Prima yang berusaha untuk terlihat baik-baik saja.

"Enggak ada. Tapi, kayaknya aku gak bisa hadir, deh," ucap Prima secara tiba-tiba.

"Loh, kenapa? Bisa gak bisa, lo harus hadir. Kalau lo gak hadir, gue gak mau lagi temenan sama lo. Mau lo?" Siska memberikan ancaman pada Prima yang berada dalam posisi serba salah.

Tak tahu yang mana yang ia harus ia pilih, intinya persahabatan adalah hal paling utama. Ia tak peduli sekeras apa pun Panji melarangnya, ia akan datang di pesta itu malam ini juga. Ia ingin membuktikan sebenarnya apa yang terjadi? Hingga pria yang menjabat sebagai pacarnya itu melarang dirinya untuk hadir di pesta kakak kelasnya sendiri. Sampai sekarang ia tak tahu alasan pria itu apa. Yang jelas ia akan membuktikan semuanya malam ini.

***

Cahaya senja sudah kian memudar tergantikan dengan awan gelap dan pertanda bahwa malam akan datang. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 18.00 malam. Sementara pesta ulang tahun itu akan di adakan pada jam 19.00 malam. Masih ada satu jam untuk mereka bersiap-siap berangkat ke sana. Dua wanita itu sama-sama ingin menghadiri pesta yang sama. Salah satu dari mereka ingin ke sana untuk menjawab rasa penasaran yang ada di dalam dirinya. Alasannya hanya sederhana, ia ingin mengetahui sikap Panji yang tiba-tiba berubah. Itu saja.

Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang