|Part 51| Kita Yang Terluka

807 159 38
                                    

Berada di ruangan ini mungkin sudah takdir mu, tapi perihal jendela mana yang akan kau pilih itu adalah pilihan mu.

"Oke. Selamat pagi. Rute touring kita kali ini adalah gunung pancar Sentul Bogor. Camping akan kita adakan selama dua hari, di harapkan peserta mengikuti touring ini tanpa kendala apa pun. Untuk mempersingkat waktu, touring di mulai sekarang juga." Suara toak yang begitu terdengar membuat para anggota club motor Vespa Indonesia sudah siap dengan pasangan dan motornya masing-masing. Rombongan penyelanggara sudah ada di depan dan melaju dengan santai.

Bukan hanya mereka yang berangkat, namun adanya pasukan polisi yang siap mengantar pun menambah kesan aman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan hanya mereka yang berangkat, namun adanya pasukan polisi yang siap mengantar pun menambah kesan aman. Perjalanan mereka ke gunung pancar memakan waktu 2 lebih dengan jarak yang harus di tempuh yaitu 45km. Banyak kendala yang akan di alami membuat para peserta sudah membawa perlengkapan aman dan safety. Para anggota sengaja merencanakan hal ini untuk perkumpulan bersama dan membawa pasangan untuk liburan sebelum bekerja atau pun UTS yang akan di lakukan sebentar lagi.

"Pegangan," ucap Panji pada Prima yang sengaja menjaga jaraknya.

Prima pun diam saja. Wanita itu mendengar, namun ia tidak ingin melakukan apa yang di katakan. Baginya ini sudah cukup. Ia tak mau lagi di berikan kepastian lalu di buang begitu saja. Ia ingin menjaga jarak. Ia juga terpaksa harus berada di dalam satu motor yang sama dengan pria yang menyakiti dirinya. Jika ia bisa memilih, ia ingin bersama sang kakak namun ia tidak mau menghalangi sahabatnya yang ingin berdekatan dengan kakaknya.

"Gue udah bilangin lo buat pegangan, ya, nanti kalau di jalan lo ada apa-apa bukan salah gue," ujar Panji lagi kala Prima tak menjawab apa yang dikatakannya.

Panji menyesal atas apa yang sudah ia lakukan. Ternyata menyakiti hati seorang wanita tak membuat ia bahagia. Jika awalnya ia senang, justru sekarang ia merasakan tak suka Prima menjaga jarak dengan dirinya. Ia memang mencintai Arinda, namun kala Prima menjauh darinya, ia berharap Prima akan tetap menjadi pacarnya dan melupakan Arinda. Jika ia di suruh memilih, antara Arinda dan Prima ia akan memilih Prima. Bukan tanpa alasan. Ia dan Prima saling membutuhkan satu sama yang lainnya, namun karena kebodohan yang ia lakukan semua itu jadi hancur berantakan.

Terlambat sudah untuk meminta maaf atas apa yang ia lakukan selama ini. Pintu hati Prima seolah sudah terkunci, apa ia memberikan luka sedalam itu? Ia sungguh menyesal. Menyesal mungkin hal yang akan ia dapatkan, namun untuk sekarang biarlah ia berjuang untuk kebaikan hatinya. Para anggota club Vespa tampak bahagia menyusuri jalanan ibu kota. Lumayan jauh untuk tiba di sana membuat mereka tampak mengobrol namun tidak dengan dirinya. Kala Prima yang tak kunjung mendekat membuat ia mengambil cara untuk sedikit mengerem mendadak dan terbukti, kala ia melakukan itu, tubuh Prima langsung mendekap dirinya dan memeluk dirinya di pinggang.

"Apa-apaan, sih!" ketus Prima ingin menariknya lagi, namun segera di tahan oleh tangan Panji yang menggenggam erat tangan Prima di perutnya.

Panji kemudian tersenyum. Tangan yang menggegam tangannya membuat Prima seolah tak bisa melakukan apa-apa. "Gue berharap, lo bisa maafin gue. Kita mulai dari awal lagi."

Deg.

Memulai semua yang telah terjadi dari awal bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilakukan. Terlebih lagi jika luka itu terlalu dalam untuk di rasakan. Tak semua orang bisa memaafkan segala kesalahan, karena luka yang paling dalam susah untuk di hilangkan. Tapi bukankah ada kesempatan? Jawabannya hanya sama. Jika seseorang itu ingin melupakan, maka mereka bisa di satukan, namun jika tidak maka tembok pembatas yang akan terus ada di antara mereka.

"Gue gak bisa," sahut Prima tak bisa berbuat apa-apa.

"Lo bukannya gak bisa, tapi lo susah untuk melupakan semua yang terjadi di antara kita," balas Panji di sela-sela aksi mengemudinya.

Prima sempat terdiam. Bagaimana bisa ia melupakan semua yang telah terjadi di antara mereka? Bahkan luka itu masih tetap menatap tak kunjung hilang walau ia sudah berusaha untuk memaafkan.

"Kasih tau ke gue, gimana gue bisa lupakan semua kata-kata sampah lo itu? Setelah lo buang gue." Prima membalas begitu tegas karena lukanya yang terlalu dalam untuk di rasakan.

Panji tertegun mendengar itu. "Lo jadi kasar sekarang. Gue gak suka lo yang sekarang."

Prima kemudian menarik tangannya genggaman tangan Panji. Ia kembali menjaga jarak dan berusaha untuk menahan air matanya lagi. Padahal ia kemari untuk bahagia, namun kenapa Panji seolah terus menerus mendekati dirinya? Ia bahkan tak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Gue berubah karena lo. Suka gak suka, secara gak sadar omongan lo yang buat berubah. Gue yang dulu kampung jadi primadona itu semua gara-gara lo. Omongan lo buat gue sadar, semua pria memandang wanita dari fisiknya, baru melibatkan hatinya. Kalau fisik cewek itu gak sempurna, pria itu akan menjauh dan menghinanya," balas Prima sembari menitikan air mata yang kemudian ia hapus secara cepat.

Ia bisa melihat semuanya. Mata Prima yang begitu emosi kala ia berusaha untuk dekat dan air mata yang keluar kala wanita itu mengutarakan apa yang ia rasakan. Ingin rasanya ia terhenti sejenak dan memeluk wanita yang ia rindukan, namun tidak sekarang. Dapat ia lihat pula dari kaca spion motornya wajah Prima berusaha untuk menahan air mata yang akan menetes.

"Gak semua cowok," balas Panji membuat Prima tertawa keras bahkan pengendara lain sampai melihat ke arahnya.

"Bukti udah ada di depan mata. Fisik di hina, giliran udah berubah ngemis-ngemis buat bisa bersama. Kadang gue heran sama otak cowok, segitu bodohnya mereka menilai ketulusan cinta seseorang dari fisiknya. Padahal kalau di lihat-lihat dia yang selalu ada saat lo jatuh," cibir Prima yang tak pernah Panji sangka.

"Tapi gue cinta sama lo. Gue menyesal."

"Kalau cinta gak mungkin memberikan luka, kalau sayang buktikan selalu ada. Kalau menyesal hilang lah dari dunia."

"Jadi gue harus hilang dulu? Supaya lo paham apa yang gue rasakan saat ini?" tanya Panji serius.

"Terserah. Bagi gue lo bukan siapa-siapa. Gue gak ada urusan lagi sama lo," balas Prima membuat Panji harus menahan rasa sakit di hatinya.

Panji tak menyangka Prima akan berbicara seperti itu pada dirinya. Ia mengawali semuanya, maka dari itu ia ingin mengakhiri semuanya. Ia mencintai Prima sungguh. Ia tak mau lagi mempermainkan hatinya untuk yang kedua kali. Ia benar-benar mencintai Prima.

"Gue bakal buktikan itu semua! Gue bakal hilang dari dunia di depan lo saat gue di sana," ucap Panji tak mendapatkan balasan dari Prima. Hal yang sebaliknya justru ia rasakan kala ada benda keras yang tiba-tiba bersandar di bahunya. Panji yang melihat Prima tertidur di sana langsung meraih tangannya dan melingkarkan tangan itu di pinggangnya. Panji pun mengusap tangan itu. Ia tersenyum di balik helmnya.

"Gue akan buktikan semuanya. Gue akan hilang dari dunia ini Prima," lirih Panji dengan segala tekadnya.

#TBC

Gimana part kali ini guys?

Tebak apa yang akan Panji lakukan?

Jangan lupa untuk vote dan komen. Follow akun Instagram Shtysetyongrm auto bck kalau dm.

See you. 

Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang