|Part 8| Hari Pertama

1K 219 16
                                    

Ada yang mengatakan Sekuat apa pun kita melangkahPasti akan selalu ada rintangan di depan kita, jadi berjuanglah dan terus melangkah sampai kamu menemukan titik tinggi dalam impian di kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ada yang mengatakan
Sekuat apa pun kita melangkah
Pasti akan selalu ada rintangan di depan kita, jadi berjuanglah dan terus melangkah sampai kamu menemukan titik tinggi dalam impian di kepala.

"Aku bareng kakak, ya?" tanya Prima sembari menggendong tas ranselnya.

Farel yang ingin menaiki motornya menghentikan segala aktivitasnya. Ia menoleh tepat ke arah Prima yang menatap penuh harap akan dirinya. Tapi permintaan itu tak bisa ia wujudkan begitu saja. Tatapan Farel terarah pada sopir yang sudah siap mengantar siapa pun yang akan berangkat ke sekolah.

"Pak Anton!" panggil Farel sedikit berteriak, membuat sopir itu mendekat ke arahnya.

"Ada apa, Den?"

"Anter Prima ke sekolah," ujar Farel cuek kemudian memakai helmnya.

"Kak aku mau sama ka ----"

Telat sudah. Pria itu sudah mengemudikan motor sportsnya secara kencang meninggalkan halaman rumah. Mata sendu itu terus menatap gerbang rumah megah penuh rasa kecewa. Kenapa? Apa yang salah? Ia hanya bisa menundukkan kepalanya, sembari menghela napas menghilangkan semua pikiran buruk yang ada di kepalanya.

Prima mau tak mau mengikuti arahan sopir untuk masuk ke dalam mobil mewah. Ya, padahal ini tak sesuai akan harapan dirinya. Bahkan ketika di dalam mobil ia hanya bisa diam dan menatap jalanan yang ia lalui tanpa sepatah kata.
M

ata itu kemudian terarah pada rok pendek yang sangat risih untuk ia kenakan ke sekolah. Jika di sekolah lama ia bebas memakai rok apa saja, kenapa di Jakarta harus mengikuti peraturan yang ada?

"Non anak pak Baskoro, ya? Adiknya Den Farel?" tanya Sopir itu membuka pembicaraan dengan dirinya.

"Panggil Prima aja, pak. Saya masih muda, kok. Benar, saya tinggal di kampung dan baru sekarang ke Jakarta ketemu bapak," balas Prima ramah membuat sopir itu sedikit terkejut.

Perbandingan yang ada sangat jauh. Remaja wanita yang ia antar sekolah saat ini lebih banyak diam dan tak macam-macam. Sementara jika di bandingkan Farel, pria itu lebih urakan dan tak ada etikat baik ketika mengobrol bersama orang yang bekerja di rumah. Sungguh berbeda didikan dua istri dari pak Baskoro.

"Masih jauh pak? Kok belum sampai-sampai," tanya Prima pada pak Anton yang tak lain adalah sopir pribadi keluarga mereka.

"Sebentar lagi sampai, Non," balas sopir itu membuat Prima mengangguk dan hanya bisa diam menatap jalan yang ia lalui.

Hanya butuh waktu sebentar, sebelum mobil yang ia tumpangi sampai di sebuah sekolah mewah. Bahkan ini jauh lebih indah dan megah di bandingkan dengan sekolah lamanya. Prima pun turun, karena mobil tak boleh masuk ke dalam. Hanya boleh menunggu di luar gerbang saja. Prima seolah terpaku pada keindahan yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa sekolah seperti rumah megah miliknya? Bahkan bibirnya sampai menganga melihat betapa indah arsitektur membuat bangunan sekolah ini terasa seperti negri dongeng saja.

Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang