|Part 48| Rencana Touring

747 164 53
                                    

Orang-orang hanya melihatmu saat semua yang kau usahakan sudah ada hasilnya, mereka semua tidak peduli akan proses apa yang telah kamu lakukan.

"Prim, lo udh tahu? Katanya rombongan kakak lo bakal touring pakai Vespa tahu," ucap Siska kala mereka berdua tak kunjung pulang dan memilih untuk duduk di taman.

Prima yang memang tengah duduk sembari menghirup udara segar pun menatap sahabatnya. "Iya, tahu. Kakak udah bilang ke gue. Gue gak ada niatan buat ikut."

"Walaupun lo di ajak?" tanya Siska.

"Udah di ajak malah," balas Prima membuat Siska syok di tempatnya.

Apa-apaan ini? Padahal ia berharap Prima menyetujui ajakan itu. Bukan tanpa alasan, touring dan camping bersama itu sangat menyenangkan. Bisa menghilangkan penat kala mereka yang ingin melaksanakan ujian. Selain itu Jika Prima menerima, maka ia juga bisa menumpang untuk bertemu dengan Farel yang sudah ia cinta. Susah sekali untuknya mendekati pria kutub es yang selalu saja bersikap biasa saja di depan pesona cantiknya.

"Prim, lo gak kasian sama gue?" tanya Siska membuat Prima menatapnya.

"Kenapa?"

"Gue udah lama suka sama kakak lo, tapi lo gak pernah mau deketin gue sama dia. Lo sahabat gue bukan, sih?"

Prima yang mendengar itu pun tertawa kecil. Siska memang mempunyai banyak kepribadian yang tak bisa ia tebak. Terkadang wanita yang ada di sampingnya ini seperti anak kecil, dalam sekejap bisa menjadi primadona dan elegan namun sedetik kemudian bisa menjadi orang yang terdengar memaksa. Ia bersyukur mempunyai sahabat dan di pertemukan oleh Siska yang membantu dirinya untuk berubah. Kalau Siska tak menyadarkan dirinya, mungkin ia masih terjebak dalam ruang sakit yang tak bisa ia hindari begitu saja.

Bahkan sampai sekarang ruang kesakitan dan sesak itu masih menetap dalam hatinya. Ia masih mempertanyakan alasan apa yang membuat Panji tega melakukan ini padanya. Pria yang selalu mengatakan baik-baik saja, justru menimbulkan luka yang bahkan sampai sekarang tak bisa ia obati begitu saja. Luka itu menganga kala ia melihat Panji yang selalu hadir di saat ia ingin melupakannya. Namun karena Siska, ia juga bisa tegar menghadapi itu semua. Tentu saja demi dirinya.

"Sebentar. Gue telepon kakak."

Mendengar itu Siska pun tersenyum. Ketika Prima meraih ponselnya dan mencari kontak Farel hatinya sudah berdetak kencang. Apa ini jatuh cinta? Tapi memang benar ia mencintai kakak sahabatnya. Sangat cinta.

"Halo. Lo udah pulang?"

"Belum kak."

"Cepat pulang. Ada apa?"

Pertanyaan itu membuat Prima menatap Siska yang menatapnya penuh harap.

"Gue bilang apa?" tanya Prima bingung.

"Bilang aja lo jadi ikut. Tapi gue ikut juga biar lo ada temannya," bisik Siska membuat Prima mengangguk.

"Halo? Kenapa?"

"Besok aku ikut touring, ya?"

"Berubah pikiran?"

"Iya. Aku butuh refreshing kak."

Milenial VS Old Style (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang