HMP 1

21K 1.6K 218
                                    


Suasana kampus masih cukup ramai sore hari ini. Beberapa anak masih terlihat tengah mengerjakan tugasnya di kantin maupun perpustakaan. Seorang laki-laki dengan celana hitam dan kemeja putih tengah berdiri di depan undakan tangga. Tangannya bergerak lincah di atas layar ponsel.

Phi M

Phi, bisa menjemputku sekarang?

Tidak.

Setelah melihat balasan pesan dari sang pacar, laki-laki itu meniup poninya hingga berterbangan. Bukan poni sebenarnya, hanya rambutnya saja yang sudah tumbuh panjang.

"Gulf, lagi ngapain?" tanya seseorang seraya merangkul pundaknya.

Laki-laki tadi yang ternyata bernama Gulf melihat si pemanggil, kemudian mendengus. "Boker. Ya kamu lihat sendiri lah aku lagi ngapain?" jawabnya kesal. Moodnya benar-benar turun drastis.

Si pelaku tadi terkekeh mendengar jawaban temannya.

"Aku tebak, ditolak pacar lagi."

Gulf berdecak, kemudian melepaskan rangkulan temannya. "Diem ga?!"

"Cie galau cie," goda Mild, si pemanggil tadi.

"Pulang sana, bosen aku liat muka kamu terus," usir Gulf dengan wajah yang sudah tertekuk sempurna.

"Aaaa oke-oke. Bareng?" tawar Mild.

Gulf menggeleng. "Enggak, duluan aja."

Mild tidak memaksa, dia sudah tahu bagaimana tabiat temannya itu. Dari pada mendapat geplakan di kepalanya lebih baik dia segera pergi dari hadapan temannya yang tengah kesal itu.

"Ya udah, duluan."

"Hm."

Dengan terpaksa, Gulf akhirnya berjalan ke halte bus. Menunggu bus yang akan mengantarkan dia ke rumahnya, ah ralat, ke apartemennya. Kesal, tentu saja. Waktu hampir menunjukkan pukul enam sore, tapi bus yang ditunggunya belum juga datang. Walaupun dia tidak sendirian, tetap saja. Gulf merasa sedikit ... takut.

Lima belas menit kemudian, bus datang. Orang-orang yang sudah sedari tadi menunggu bergegas masuk ke dalam bus. Gulf duduk dekat dengan jendela, melihat indahnya senja yang sudah menghiasi langit. Dia sedikit merenungkan kehidupannya.

Nama lengkapnya Gulf Kanawut Traipipattanapong. Laki-laki kelahiran Thailand-Indonesia itu kini tengah menjalani jenjang pendidikan kuliah semester satu. Lahir menjadi anak satu-satunya di keluarga Traipipattanapong membuat Gulf selalu dimanja.

Semasa hidupnya, tidak pernah ada orang yang berani menyakitinya, membentaknya bahkan berperilaku kasar kepadanya. Gulf dijaga dengan baik oleh keluarga, saudara dan temannya. Semua orang tahu, alasan mengapa Gulf selalu dimanja dan dijaga karena apa.

Tapi, semua berubah semenjak dirinya kenal seseorang yang usianya terpaut lima tahun dengannya. Lelaki kasar dan arogan yang sayangnya menjadi pacar Gulf selama dua tahun ini.

Mew Suppasit Jongcheveevat. Laki-laki berusia dua puluh tiga tahun itu menjadi satu-satunya penyebab Gulf menangis.

Satu-satunya orang yang berani membentaknya.

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang