HMP 3

14.6K 1.3K 189
                                    


Dua hari kemudian Gulf kembali menjadi orang yang ceria dan juga manja. Satu kebiasaan buruknya, yaitu selalu memendam cerita. Tidak pernah berbagi apa yang tengah dia rasa. Katanya, tidak apa-apa toh besok juga keadaan akan kembali seperti semula.

Dan ya, saat ini Gulf tengah sarapan sendiri di apartemennya. Hanya dengan sepiring nasi goreng dan juga segelas susu, Gulf tampak menikmati makanannya itu. Sesekali, dia terkekeh kala mengingat kenangan yang menurutnya lucu.

"Aku seperti orang gila," kekehnya.

Bel berbunyi. Gulf mengernyit heran, siapa orang yang bertamu di pagi-pagi buta seperti ini? Yap, pagi-pagi buta karena saat ini jam masih menunjukkan pukul enam.

"Au, Phi Arm?"

Orang itu Arm. Sepupu sekaligus tetangganya, alias penghuni kamar sebelah Gulf.

Arm tersenyum. "Lagi apa? Lari atau jalan-jalan yuk," ajaknya.

"Ooh, lagi makan Phi. Phi tidak ada jadwal kuliah hari ini?" tanya Gulf.

Arm menggeleng sebagai tanda jawaban. Arm kuliah di universitas yang sama dengan Gulf. Jika Gulf di fakultas Manajemen semester satu sedangkan Arm di fakultas Psikologi semester empat.

"Ya udah, sebentar Phi."

Gulf masuk kembali ke dalam kamarnya. Kemudian kembali keluar dengan wajah menggemaskan. "Hehe, aku lupa Phi. Ayo masuk," ajaknya.

Arm menggelengkan kepalanya seraya terkekeh melihat kelakuan keponakannya itu. Sebenarnya bukan tanpa tujuan Arm mengajak Gulf lari, karena Arm sudah tahu kebiasaan Gulf yang akan bangun pagi-pagi sekali. Jadi, dari pada tidak ada kegiatan, lari atau jalan-jalan mungkin sedikit bisa menenangkan pikiran.

"Phi, bagaimana kabar Ibu?"

"Baik, Nong. Kenapa tiba-tiba tanya, rindu kah?"

Gulf tersenyum seraya memamerkan gigi putihnya yang rapih. "Iya Phi. Sudah lama aku ga ke rumah Ibu."

Arm mengelus surai Gulf yang tengah memakai sepatu. "Nanti kalau libur lagi kita pergi ke sana, okey?"

"Okey Phi. Ayo, aku sudah siap," ajaknya.

Gulf dan Arm bergegas keluar apartemen. Kemudian berjalan di sekitar taman yang dekat dengan apartemennya. Sesekali mereka tertawa karena merasa hal yang dibicarakannya lucu.

"Kana," panggil Arm.

"Ya, Phi?"

"Hubunganmu dengan Mew bagaimana?"

Gulf terdiam. Bingung harus menjawab apa. Tidak lama, Gulf kembali tersenyum. Memilih bersikap seolah semuanya baik-baik saja.

"Baik-baik saja Phi. Kenapa?"

Arm menggeleng, kemudian tersenyum kecil. "Gapapa, tanya aja. Takutnya kamu disakitin dia lagi, biar Phi yang tampar CEO muda itu," candanya.

"Phi, jangan begitu," kekeh Gulf.

Arm ikut terkekeh. "Dua hari kemarin, tidur di tempat siapa, Nong?" tanyanya lagi.

"O-oh i-itu. Di, di rumah Mild, Phi," jawab Gulf sedikit gugup. Pasalnya dia tidak memberitahu kepada siapapun tentang apa yang terjadi malam itu, sudah dibilang bukan bahwa kebiasaan buruk Gulf itu selalu memendam cerita.

"Bagus lah, Phi khawatir banget waktu itu. Takut kamu kambuh lagi," ucap Arm dan mengecilkan suaranya di bagian akhir.

Gulf tersenyum kecil. "Gapapa, Phi. Malam itu, semuanya aman."

Arm mengangguk, kemudian merangkul pundak Gulf dan mengajaknya berlari mengelilingi taman.

Puas berkeliling taman Arm dan Gulf mampir ke pedagang bubur ayam. Urusan makanan Gulf memang tidak pemilih, kecuali kacang. Karena Gulf alergi kacang.

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang