Pukul enam pagi Gun sudah berada di depan pintu apartemen Gulf. Dia sedang menunggu Gulf membuka pintunya, Gun sedikit lega saat tahu Gulf mengunci pintu apartemennya.Suara pintu terbuka dan menampilkan Gulf yang sudah siap dengan kemeja putih dan jeans hitam. "Aw, Gun. Ayo masuk," ajaknya.
Gun langsung memasuki apartemen Gulf dan menuju ke arah dapur. Sepertinya Gulf sedang berusaha memasak, terlihat dari kondisi dapur yang sangat berantakan.
"Kamu belajar masak?"
"Iya, Gun. Aku enggak enak kalau harus terus minta ke Phi Arm."
"Padahal enggak apa-apa kali," ujar Gun.
"Tetep aja aku enggak enak."
Gun hanya mengangguk saja. Dia memilih beranjak ke meja makan kemudian mengambil roti dan mengoleskan selainya. "Ya udah nanti aku ajarin, sekarang sarapan roti aja. Kita udah hampir telat," kata Gun.
"Bener ya nanti ajarin?" tanya Gulf.
"Iya bener."
Mereka berdua langsung menyatap roti yang hanya diolesi selai. Kemudian Gulf dan Gun segera berangkat ke kampusnya. Gulf mendapatkan kelas pagi, yang mana pukul tujuh harus sudah stay di kelas atau nanti kesiangan dan mendapat hukuman. Katanya, Gun pun sama memiliki kelas pagi.
Gulf dan Gun menaiki bus karena Gun tidak membawa mobilnya. Tadi, dia ke sini diantar oleh Off.
Kampus sudah cukup ramai, sepertinya hari ini lumayan banyak dosen yang menjadwalkan kelas pagi. Gun berjalan seraya memainkan ponselnya, sedangkan Gulf hanya diam dan terus berjalan.
"Gulf! Gun!" teriak seseorang.
New ternyata dan wow dia tengah jalan berdampingan dengan Tay Tawan. "Makasih, Pak. Nanti saya akan menunggu di depan ruang dosen," ujar New. Tay hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan New.
"New kamu pacaran sama Pak Tawan?" tanya Gulf langsung.
"Oooo jelas tidak," jawab New.
"Masa sih, barusan kamu bareng sama dia?"
"Ban mobil aku pecah, dan kebetulan Pak Tawan lewat jadi ya udah ditawarin bareng sama dia. Dan aku ya mana bisa nolak," jelas New cengengesan.
"Dasar modus! Kemarin aja ngehindarin dia, sekarang malah cari-cari kesempatan," ujar Gulf. New tidak peduli, toh sekarang dia sudah tidak menghindar lagi.
Sedangkan Gun masih asyik dengan ponselnya. Luar bisanya Gun itu, tetap tahu arah jalan walaupun tengah memainkan ponsel.
"Gun," panggil Gulf.
Tidak dijawab.
"Gun." Kali ini New yang memanggil.
Di depan gedung Manajemen, Gulf dan New berpandangan saling memberi kode. Dalam hitungan satu, dua, tiga Gulf dan New secara bersamaan memegang pundak Gun dan meneriaki namanya.
"GUN!"
"Shiaaa," umpat Gun relfleks.
Ponselnya dengan cepat ia masukkan saku celana dan menoleh tajam kepada Gulf dan New. "Hei! Kalau aku jantungan gimana?!" serunya tidak terima.
"Kita bawa ke rumah sakit," jawab Gulf polos. New tertawa mendengar jawaban polos Gulf.
"Aish kalian, udahlah sana Gulf ke kelasmu," ujar Gun lebih baik mengalah dari pada menghadapi tingkah laku kedua temannya.
Gulf mengangguk kemudian berjalan mencari kelasnya. Sedangkan Gun dan New langsung pergi dari depan gedung Manajemen dan pergi ke kantin fakultasnya. Sejujurnya, Gun dan New hari ini tidak memiliki kelas pagi, mereka hanya memiliki kelas sore. Ia hanya ingin mengantar dan menemani Gulf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Please [END]
أدب الهواةGulf mencintai Mew. Sedangkan Mew masih mencintai masa lalunya. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa, namun hati Gulf sangat terluka. Jika mencintai Mew ternyata akan se-menyakitkan ini, dari awal Gulf tidak akan pernah menerima. --- Enjoy with...