Jum'at sore, Gun, New, Mild, Arm dan Alice berkumpul di apartemen Gulf. Rencana mereka akan berangkat nanti pukul empat dan sekarang masih pukul setengah tiga lebih.Mereka memang mengambil jam terbang sore, supaya sampai di sana saat jam masih menunjukkan pukul lima atau belum maghrib. Mulanya Gun mengusulkan untuk naik kereta, supaya lebih enak katanya perjalanannya. Tapi, karena sesuatu Arm menyuruh menaiki pesawat saja.
"Kalian udah lengkap semua perlengkapannya?" tanya Arm.
Gulf mengangguk begitupun yang lainnya. New terlihat seperti tengah mencari sesuatu, sedari tadi tangannya tidak berhenti meraba-raba kopernya.
"New cari apa?" tanya Mild.
"Kacamata aku, dimana ya?"
Arm, Alice dan Gun menahan tawa sedangkan Mild gemas dengan tingkah laku New yang sudah jelas-jelas kacamatanya bertengger di atas kepala.
"New ganteng, itu di atas kepala kamu apa?" tanya Mild dengan senyum manis yang dipaksakan.
New meraba bagian atas kepalanya dan menemukan apa yang ia cari. "Hehe, kok aku enggak sadar ya," kata New sembari cengengesan.
Mild melengos melihatnya kemudian pergi ke kamar mandi. Gun asyik dengan ponselnya, Arm dan Alice yang tengah ngobrol berdua, New yang lagi sibuk dengan dessert nya. Sedangkan Gulf tengah berada di kamarnya, mengecek apakah ada yang tertinggal atau tidak.
"Oh iya obat dimana ya?" tanyanya pada diri sendiri.
Gulf mencari obat itu, biasanya Gulf menyimpan di laci. Tapi kali ini tidak ada, Gulf sedikit panik takut jika obat tersebut hilang atau ia lupa menyimpannya.
"Cari ini?" tanya Arm tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya seraya menunjukkan botol obat.
"Phi Arm."
"Cari ini?" ulang Arm.
Gulf mengangguk dan akan mengambil botol tersebut dari tangan Arm. Tapi, Arm menjauhkannya.
"Kana masih belum bisa lepas?" tanya Arm lembut.
"Belum," jawab Gulf.
Arm menghela nafas kemudian membawa Gulf ke dalam pelukannya. Arm jelas tahu bagaimana kondisi Gulf mengingat dia memang anak Psikologi. "Nanti harus bisa lepas ya?" gumamnya.
"Iya, Phi." Gulf membalas pelukan Arm lebih erat, dia memang sangat ingin lepas. Tapi, rasanya masih terasa sangat berat.
Arm menguraikan pelukannya kemudian memberikan botol obat tersebut kepada Gulf. "Nih, jaga baik-baik ya."
Gulf mengangguk lalu mengajak Arm untuk keluar.
"Ayo udah jam setengah empat," ujar Alice. Semuanya mengangguk dan segera membawa kopernya masing-masing.
Mereka berangkat dengan dua mobil yang sudah disediakan ayah Gulf. Mobil pertama, berisi Arm dan Alice. Mobil kedua, berisi Gulf, Gun, New dan Mild. Sebenarnya Arm mengajak Gulf untuk satu mobil dengannya, tetapi Gulf menolak karena ingin satu mobil dengan temannya.
"Gulf," panggil New.
"Iya?"
"Kamu udah izin ke– aw, kenapa sih Gun?" omel New saat tangannya dicubit. Gun melotot kepada New, memberi kode supaya tidak melanjutkan pertanyaannya.
"Kenapa New?"
"Euu enggak itu, kamu udah telfon Ayah kamu?" tanya New akhirnya.
Gulf menggeleng. "Belum, nanti saja kalau sudah di bandara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Please [END]
FanfictionGulf mencintai Mew. Sedangkan Mew masih mencintai masa lalunya. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa, namun hati Gulf sangat terluka. Jika mencintai Mew ternyata akan se-menyakitkan ini, dari awal Gulf tidak akan pernah menerima. --- Enjoy with...