HMP 17

12.8K 1.1K 28
                                    


Gulf mengerjapkan matanya dan rasa pusing langsung mendera kepalanya. Gulf mengedarkan pandangan.

"Tempat apa ini?" gumamnya.

Gulf berada di sebuah ruangan yang kosong dan sepertinya sudah lama tidak terpakai. Baru saja Gulf akan meraba kepalanya, tangannya tidak bisa bergerak bebas. Ternyata Gulf diikat atau mungkin lebih jelasnya disandera.

"Tolong," lirihnya.

Gulf mencoba mengingat hal apa yang terjadi sebelum dia ada di sini sekarang. Seingatnya tadi Gulf dan teman-temannya akan pulang dan tengah berada dalam perjalanan menuju bandara.

Liburannya sudah usai, saat akan pergi ke bandara Gulf lebih memilih satu mobil bersama Arm dan Alice. Dan untungnya Gun, New dan Mild langsung menyutujuinya.

"Phi Arm," panggil Gulf.

"Iya kenapa?"

Gulf duduk di kursi samping kemudi sedangkan Arm dan Alice duduk di kursi penumpang.

"Kenapa Gulf?" tanya Alice.

"Aku, aku mau nginep di hotel satu hari lagi saja, boleh tidak?" tanya Gulf pelan.

Arm menghentikan kegiatannya yang tengah memainkan ponsel. "Hah gimana?"

"Aku takut Phi, dari tadi perasaan aku enggak enak," jawab Gulf dengan menundukkan kepalanya.

Alice yang berada di belakang kursi yang diduduki Gulf memegang pundak Gulf dengan lembut. "Kenapa? Sini cerita," katanya lembut.

Gulf menggeleng kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menangis. Sungguh, tidak tahu kenapa Gulf merasa sangat takut. Sedari tadi, perasaannya tidak enak dan Gulf merasa sejak dari mereka kembali ke hotel setelah mengunjungi tempat wisata Gulf merasa ada yang mengawasi bahkan mengikutinya.

"Hei, hei Kana kenapa?" tanya Arm.

Gulf semakin histeris, pikirannya yang memang sedang berantakan dan rasa takutnya berhasil membuat Gulf menangis sampai sesegukan.

"Kana, Kana tenang hei. Pak tolong berhentikan dulu mobilnya sebentar," titah Arm kepada supirnya.

Setelah mobil berhenti, Arm keluar dari mobil dan membawa Gulf untuk pindah menjadi di belakang bersamanya dan Alice. Arm memegang pundak Gulf dan berusaha menahan rontaan Gulf yang semakin brutal.

"Kana, dengar Phi. Hei, tenang. Kamu kenapa?"

Alice juga berusaha menahan tangan Gulf yang sudah mulai mencakar kulit tangannya sendiri. Gulf semakin brutal, pikirannya kalut, rasa takutnya semakin menjadi-jadi. Membuat mau tidak mau Arm mengambil suntikan dari tasnya dan menyuntikkannya kepada lengan Gulf.

Pergerakan Gulf melemah, tangisannya mulai berhenti walaupun masih terdengar isakan kecil. Alice langsung memeluk Gulf dan menyamankan Gulf untuk bersandar di bahunya. Mata Gulf terpejam dan jejak air mata sangat terlihat jelas di pipinya. Arm menghela nafas saat nafas Gulf sudah teratur.

"Jalan, Pak."

Mobil kembali berjalan. Tidak butuh waktu lama mobil tersebut sampai di bandara. Arm dan Alice masih diam di dalam mobil sampai suara ketukan membuat Arm menurunkan jendelanya.

"Phi Arm ayo makan dulu, penerbangan kita ternyata delay satu jam," ujar Gun.

"Kalian duluan," kata Arm.

Gun mengernyit kemudian melihat ke arah Gulf yang tengah bersandar di bahu Alice. "Gulf kenapa, Phi?"

"Gulf kalut tadi. Enggak tahu kenapa, makannya Phi nunggu Gulf sadar dulu sekarang."

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang