Mew segera berlari setelah lift terbuka. Wajahnya sangat panik, pikirannya hanya tertuju pada satu nama. Dengan kasar dia membuka pintu setelah nomor kamar yang dicari ditemukan."ART."
"ART KAMU DIMANA?"
Mew mencari-cari ke setiap sudut apartemen dan menemukan Art di kamar tidurnya dalam keadaan terikat.
"Phi Mew," panggilnya.
"Art kamu gapapa?" Mew langsung membuka ikatan tali ditubuh Art. Art langsung menerjang Mew dengan pelukan, tangisnya pecah terlebih saat melihat wajah panik Mew membuat Art merasa bersalah.
"Kenapa Art? Siapa yang nyakitin kamu?"
"Phi Mew hiks maafin aku," isaknya.
"Ssttt, kenapa minta maaf?"
Art masih menangis, pikirannya tertuju pada satu nama. "Phi Mew aku minfa maaf," ucapnya pelan.
"Maaf kenapa hm?"
"Sebenernya tadi ...."
Art masih terdiam setelah Pavel mengatakan rencana dan penawarannya.
"Gimana?"
"Enggak! Gila ya lo?"
"Oh ayo lah lo enggak usah munafik gitu. Tugas lo enggak banyak, lo tinggal hubungin Mew dan ber-acting seolah lo lagi dalam bahaya, dengan begitu lo bisa dapetin Mew kembali dan Gulf akan menjadi milik gue," kata Pavel.
"Bangsat! Ngerencanain apaan lo hah?" sentak Art.
Pavel mengedikkan bahunya, "hanya sesuatu kecil yang membuat Gulf dan Mew bertengkar."
"Sinting. Lo beneran gila kayaknya ya?"
"Ck, buru mau kagak lo?" tanya Pavel hampir habis kesabaran.
Dengan tegas Art menggeleng, dia sudah berjanji untuk tidak mengganggu hubungan mereka lagi. Dia tidak ingin menjadi egois lagi dengan mengorbankan orang lain, terlebih itu Gulf. Art sudah tidak tahan melihat sorot terluka dari mata laki-laki itu setiap dirinya bersama Mew.
"Enggak."
"Jadi enggak mau? Okey lo bisa lihat ini," kata Pavel seraya menyodorkan ponselnya. Video berdurasi dua menit itu membuat Art terkejut. Tangannya mengepal, jantungnya berdebar sangat kencang.
Di video, terlihat kedua orang tuanya yang tengah berjalan berdua. Angel kameranya membuat terlihat jelas bahwa kedua orang tuanya sedang dibuntuti. Tapi yang membuat Art menegang bukan itu, melainkan pisau di tangan si pemegang kamera.
"LO GILA? LO APAIN ORANG TUA GUE HAH?!" teriak Art murka.
Pavel terkekeh. "Lo hanya perlu bilang setuju dengan apa yang gue bilang dan orang tua lo aman."
"Bangsat," umpat Art.
"Ya kecuali kalau lo enggak mau. Dalam hitungan detik nyawa orang tua lo enggak ada."
Art terdiam dengan emosi yang dia tahan supaya tidak meledak. "Oke. Gue turuti kemauan lo dan lo harus janji kalau orang tua gue bakal baik-baik aja."
Pavel tersenyum puas. "Good. Lakuin sekarang juga."
Mew menatap ke depan dengan pandangan kosong. Dirinya dijebak. Setelah membuat Gulf terluka lagi rasanya kini Mew ingin memeluk tubuh rapuh itu, apalagi saat melihat wajah sendu Gulf dan juga tangisannya yang sangat pilu.
"Phi Mew aku minta maaf. Aku bener-bener nyesel Phi," isak Art.
"Art bilang kalau ini bohong?" tanya Mew pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Please [END]
FanfictionGulf mencintai Mew. Sedangkan Mew masih mencintai masa lalunya. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa, namun hati Gulf sangat terluka. Jika mencintai Mew ternyata akan se-menyakitkan ini, dari awal Gulf tidak akan pernah menerima. --- Enjoy with...