HMP 36

12.2K 907 39
                                    


Di kediaman Jongcheveevat, satu keluarga tengah mengadakan makan malam. Tak lupa satu orang laki-laki berwajah manis berada di antaranya.

"Kana," panggil seorang wanita yang lebih tua.

"No Ma, yang boleh panggil Kana cuman aku," protes laki-laki satunya.

Wanita tua yang dipanggil Ma tadi terkekeh melihat kelakuan anaknya.

"Ayolah Mew kenapa kamu posesif sekali?" goda mamanya. Sedangkan Mew hanya mendecih.

"Jadi, Kana berapa umurmu sekarang?" Kali ini papa Mew yang bertanya.

"Pa!" Mew kembali protes.

Gulf hanya terkekeh melihat Mew yang sedari tadi melayangkan protes kepada papa dan mamanya. Sekedar info, adik Mew kini tengah menjalani pendidikan di negeri Thailand.

"Phi Mew jangan seperti itu," ujar Gulf.

"Nah kan, Mew kamu ini padahal nama panggilan doang," kata mamanya.

Sedangkan Mew hanya terdiam tidak menghiraukan. Gulf menatap pada papa Mew yang tadi sempat bertanya.

"Umur aku dua puluh satu, Om," ucap Gulf.

"Jangan panggil Om, panggil saja Papa."

Gulf tersenyum malu. "Iya, Pa."

Papa Mew tersenyum melihat bagaimana gemasnya makhluk di hadapannya ini. Dia menjadi ragu kalau makhluk di depannya ini bukan berumur dua puluh satu tahun, melainkan berumur lima tahun.

"Nah Mew berapa umurmu sekarang?" tanya papanya kepada Mew.

Mew mengusap bibirnya menggunakan tisu. "Dua puluh enam, Pa."

"Papa kenapa sih nanya umur terus?" tanya Mew heran.

Papanya hanya tersenyum kemudian melanjutkan makannya. Setelah selesai, papa Mew mengucapkan kalimat yang tidak terduga.

"Umur kalian sepertinya sudah cukup untuk bertunangan."

"Pa?"

"Hah?"

Mew dan Gulf sama-sama terkejut, tidak menyangka lebih tepatnya. Ya memang Mew berencana mengajak Gulf tunangan, tapi dia tidak menyangka jika papanya lebih dulu menyuruh. Mew bahkan belum sempat membicarakan perihal ini kepada orang tuanya.

Mama Mew yang melihat keterdiaman keduanya mengulas senyum tulus. "Mama dan Papa tahu bagaimana hubungan kalian dulu, awalnya Mama enggak setuju secepat itu buat rencana ini. Tapi Mama tahu Gulf butuh kamu, Nak," ujarnya kepada Mew.

Gulf yang mendengar itu tersenyum haru, dia tidak menyangka dirinya akan diterima dengan sangat baik di keluarga ini. Bahkan dari pertama sampai di rumah ini Gulf langsung disambut dengan pelukan hangat mama Mew, Gulf bisa merasakan bagaimana pelukan kasih sayang dari seorang ibu.

"Kenapa kamu se-terkejut itu Mew?" tanya papanya heran.

"Y-ya aku enggak nyangka Papa bakal secepet ini."

Papa Mew menaikkan sebelah alisnya. "Lalu, kamu menolak?"

"JELAS TIDAK LAH PA!" ujar Mew heboh.

"Jadi kamu bagaimana Gulf?" tanya mama.

Gulf masih terdiam dalam keterkejutannya. Lalu tersadar saat Mew menggenggam tangannya.

"Ah iya, boleh Om, eh iya Pa."

Papa dan Mama Mew terkekeh melihat Gulf menjawab dengan sangat linglung. "Kamu kenapa kaget banget Gulf?" tanya papa Mew seraya terkekeh geli.

Gulf meringis. "Anu, aku ngerasa pengen nangis, hehe."

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang