Pagi harinya Gulf terbangun dengan keadaan seperti semalam, berada di dalam pelukan Mew. Gulf mengerjapkan kedua matanya kemudian menguceknya memastikan bahwa ini semua nyata."Jadi ini bukan mimpi," gumamnya.
Cahaya matahari mulai naik dan masuk ke celah-celah gorden yang terbuka. Tapi Gulf masih enggan beranjak, dia masih menikmati momen ini yang mungkin entah kapan akan terjadi lagi.
"Ini benar-benar Phi Mew, 'kan?" tanyanya pada diri sendiri seraya tangannya mengusap pipi Mew dengan ragu.
Mew tampak tidak terganggu bahkan ketika jari-jari lentik Gulf mulai menyusuri area alisnya yang tebal. Barulah ketika Gulf akan mengusap bibir Mew, Mew mencekal pergelangan tangannya.
"Jangan gitu, Tar. Phi masih mengantuk," ujar Mew dengan mata yang masih terpejam.
Gulf terdiam. Memastikan bahwa pendengarannya tidak salah. "Tar?" gumamnya.
"Phi Mew, bangun." Gulf menepuk pelan pundak Mew.
"Tar, Phi masih mengantuk."
Gulf tidak menjawab lagi dan membiarkan Mew kembali membawa dirinya ke dalam pelukannya. Tapi mata Gulf tidak bisa terpejam kembali, kalimat barusan membuatnya berfikir.
Tar?
Siapa? Mengapa Gulf tidak tahu siapa dia?
Sejak pertama kali pacaran, tidak pernah ada orang yang mengganggu hubungan mereka selain Art. Dan sekarang Mew menyebutkan nama Tar ketika dia berada di alam bawah sadarnya.
Apakah orang baru lagi yang akan menjadi pengganggu hubungan mereka?
Jujur, Gulf merasa bahwa dirinya tidak pernah tahu apa-apa tentang kehidupan Mew. Bagaimana kisah cintanya, apa makanan favoritnya, bahkan saudara dan keluarganya pun Gulf tidak tahu. Kalau kalian berfikir selama dua tahun ini Mew sudah mengenalkan Gulf kepada orang tuanya maka pikiran kalian salah. Dalam hubungan mereka, hanya satu keluarga yang mengetahuinya yaitu keluarga Gulf.
"Phi Mew?" panggil Gulf.
"Phi Miuuuu."
Tidak ada jawaban.
"Phi Miuuu," rengeknya.
Mew mengerjapkan matanya seraya bergumam menjawab Gulf. "Hm?"
"Aku ingin pipis," cicitnya.
Mata Mew otomatis terbuka sempurna heran dengan ucapan laki-laki di depannya. "Terus hubungannya dengan saya apa?"
"Itu, Phi Mew memelukku," ujar Gulf malu-malu. Mew tersadar kemudian melihat kedua tangannya yang melingkar pundak dan pinggang Gulf.
"Aish apa yang aku lakukan," gumam Mew.
"Kenapa Phi?"
"Ah tidak-tidak. Silahkan pipis, saya sudah tidak memeluk kamu lagi," ujar Mew seraya melepaskan pelukannya dan sedikit menjauh.
"Padahal aku ga rela, tapi aku pengen pipis," kata Gulf. Baru saja Gulf akan beranjak lututnya tidak sengaja menyenggol sesuatu di bawah sana.
"Phi, benda apakah itu? Kenapa sepertinya menjadi keras?" tanya Gulf polos.
"Shit," umpat Mew.
Kenapa harus terbangun saat bersama Gulf. Sial, kan Mew jadi merasa sedikit errr malu. Ayolah, hal seperti itu wajar untuk seorang laki-laki, tapi saat ini keadaannya Mew sedang bersama Gulf!
"Kana, katanya mau ke kamar mandi. Sana cepet," ujar Mew mengalihkan topik pembicaraan.
Gulf menepuk jidatnya. "Oh iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Please [END]
FanfictionGulf mencintai Mew. Sedangkan Mew masih mencintai masa lalunya. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa, namun hati Gulf sangat terluka. Jika mencintai Mew ternyata akan se-menyakitkan ini, dari awal Gulf tidak akan pernah menerima. --- Enjoy with...