50 vote lebih, aku double up! Hehe
---
Tidak ada yang berubah sejak dua tahun yang lalu dalam kehidupan Mew. Hidupnya hanya berisi penyesalan dan penyesalan.
Kini, Mew melarikan diri ke Thailand dengan embel-embel mengurus pekerjaan. Padahal nyatanya dia hanya ingin sejenak menjernihkan pikirannya.
"Lo yakin?" tanya Off.
"Yakin."
Off menghela nafas kemudian beralih memeluk tubuh Mew dan menepuk-nepuk pundaknya. Mencoba memberi dukungan. Off sudah membantu sebisa dia selama dua tahun ini, meski pada akhirnya tidak membuahkan hasil sama sekali.
"Gue tahu lo kuat," kata Off.
Mew mengangguk kemudian melepaskan pelukannya dan beralih ke arah Tay. "Tay, gue harap lo enggak ngelakuin hal bodoh kayak gue."
"Iya."
Pemberitahuan pemberangkatan sudah terdengar, Mew segera mengambil kopernya dan pergi meninggalkan Off dan Tay yang menatapnya dari kejauhan.
Di dalam pesawat Mew kembali memikirkan Gulf. Dia sudah melakukan segala cara untuk mencari titik terang keberadaan Gulf, tapi lagi-lagi akhirnya sama.
Selama dua tahun ini Mew tidak mendapatkan kabar baik. Setiap dirinya bertanya, orang hanya akan menjawab 'Gulf sudah tidak ada.' Semesta benar-benar menghukumnya. Kali ini, Mew berharap kepergiannya ke negeri orang membuat dirinya sedikit lebih tenang.
Tahu rasanya dihantui rasa sesal dan rasa bersalah? Mew sudah merasakan itu semua selama dua tahun dan mungkin akan selalu merasakannya.
Tiba di bandara, Mew mengedarkan pandangannya dan segera menaiki taxi. Dia sengaja tidak menyuruh bawahannya untuk menjemputnya, perusahaannya di Indonesia dia percayakan kepada Off.
"Please take me to this address, Sir." Mew memberikan secarik kertas kepada supir.
Mew tidak ingin sombong dengan mengatakan jika apartemen yang kini dipijakinya merupakan kepemilikan atas namanya sendiri. Setelah sampai Mew memilih tidur siang.
Mew terbangun saat jam menunjukkan pukul tiga sore. Dia segera bersiap-siap karena Mew sudah memiliki janji dengan salah satu saudaranya di negara ini.
"Halo Zee."
"Ya halo Mew, dimana lo?"
"Bentar lagi berangkat."
"Sial, gue udah dari tadi di sini dan lo baru aja mau berangkat?" Zee mengumpat.
Mew terkekeh. "Iya, sorry. Tunggu lima menit lagi gue nyampe."
Mew menjalankan mobil yang baru saja diantarkan tadi dengan kecepatan sedang. Jarak apartemennya dengan tempat pertemuannya tidak terlalu jauh.
"Lama lo," cibir Zee saat melihat Mew datang.
"Sorry, gue baru bangun jam tiga tadi."
Zee mendengus walau tak urung melakukan peluk ala laki-laki kepada Mew. Zee Pruk adalah anak dari adik mamanya yang otomatis mereka bersaudara.
"Bukan lo banget," cibir Zee saat melihat penampilan Mew.
Mew hanya tersenyum kecil sebagai jawaban. Mew benar-benar berubah sekarang, hidupnya menjadi tidak bersemangat. Tapi jika pada orang tidak dikenal, tatapan matanya tetap tajam dan wajahnya tetap tegas. Beda lagi jika Mew bersama orang terdekatnya, Mew akan menunjukkan sisi rapuhnya.
"Lo mau menetap di sini?" tanya Zee. Walaupun Zee tinggal dan menetap di Thailand, tapi Zee fasih dalam berbicara bahasa Indonesia karena mamanya sudah mengajarkannya dari kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me Please [END]
FanfictionGulf mencintai Mew. Sedangkan Mew masih mencintai masa lalunya. Mulutnya memang berkata tidak apa-apa, namun hati Gulf sangat terluka. Jika mencintai Mew ternyata akan se-menyakitkan ini, dari awal Gulf tidak akan pernah menerima. --- Enjoy with...