HMP 27

13K 1.1K 132
                                    

Double up!

Ayo vote dan komen lagii yang banyakkk 💛

---

Katanya level tertinggi dalam mencintai itu melepaskan lalu merelakan.

Padahal nyatanya tidak pernah ada kata rela, yang ada hanya terpaksa lalu terbiasa.

Gulf memang sosok laki-laki yang manja. Tapi, bukan berarti dia tidak mengerti apa yang namanya patah hati. Sejak kecil, hatinya sudah dipatahkan oleh sebuah perceraian.

Bundanya pergi dan membiarkan Gulf tumbuh sendiri tanpa didampingi.

Lalu Gulf mengenal cinta, saat itu dia hanya berkata iya dan Gulf sudah menjalin hubungan. Gulf tidak pernah tahu jika rasanya patah hati karena cinta akan sama sakitnya seperti patah hati karena sang bunda.

Gulf sudah lelah dan benar-benar ingin menyerah.

Patah hatinya mungkin akan berlangsung lama, tapi biarkan Gulf menyembuhkannya dengan cara yang dia bisa.

Setelah Mew pergi, Gulf segera mengirim pesan kepada Mew bahwa hubungan mereka sudah berakhir. Terdengar pengecut memang, tapi Gulf tidak akan pernah sanggup mengucap kata putus secara langsung. Hatinya lemah jika dihadapkan dengan seseorang yang dia cinta.

Secara bersamaan, sebuah pesan datang memberitahukan bahwa ayahnya sudah pulang dan meminta Gulf untuk datang ke rumah. Itu mungkin pilihan yang tepat, Gulf ingin sekali menumpahkan kesedihannya di pelukan sang ayah.

Tapi, apa yang dia lihat di depan matanya membuat Gulf kembali terpaku. Detak jantungnya seolah tidak berdetak, tangannya mendingin, tatapannya memucat.

"AYAH."

Gulf berlari menghampiri ayahnya yang tergeletak dengan darah yang bersimbah di sofa. Gulf bisa melihat pisau yang tertancap di perut ayahnya.

"Ayah bangun."

"Ayah," panggil Gulf panik.

Gulf mengguncangkan tubuh ayahnya dengan panik terlebih dia bisa merasakan tubuh ayahnya yang sudah mendingin dan kaku, persis orang yang sudah tidak bernyawa. Gulf menggeleng tidak ingin percaya.

"Enggak ini bohong."

"Ayah bangun, Ayah, Ayah bangun Kana mau cerita," isak Gulf.

Air matanya kembali mengucur dengan deras, hati Gulf kembali dipatahkan.

"Ayah."

"Ayah bangun," lirihnya.

"Ayah ayo tidur di kamar, di sofa enggak enak nanti Ayah pegel. Ayah ayo buka matanya."

Gulf memeluk raga yang sudah tidak bernyawa itu dengan erat. Tangisannya benar-benar pecah saat dia tidak merasakan pelukan hangat ayahnya. Semuanya terasa hampa, kosong dan hancur tidak tersisa.

"Ayah bangun," bisik Gulf masih berusaha.

"Ayah jangan pergi. Jangan tinggalin Kana sendiri, Kana enggak mau sendiri Ayah."

"AYAH TOLONG BANGUN."

Gulf berteriak pada semesta. Bertanya mengapa takdirnya begitu menyakitkan. Di sini dia hanya sendirian, tidak ada yang menemaninya, tidak ada yang menenangkannya.

Semua kenangan bersama ayahnya terputar di kepala bak memori yang indah. Tentang ayahnya yang selalu menjaga dirinya, ayahnya yang berperan menjadi ayah dan ibu sekaligus di saat bundanya pergi. Ayahnya yang tidak pernah mengeluh, ayahnya yang tidak pernah bosan mengingatkan Gulf untuk tidak menyerah.

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang