HMP 4

13.2K 1.3K 257
                                    


Ngeliat pacar sendiri lebih akrab sama orang lain tuh rasanya kayak 'aku kurang asyik ya?' atau 'kayaknya selama ini dia ga nyaman sama aku' ataupun pertanyaan-pertanyaan yang ngebuat diri kita insecure.

Jujur, Gulf merasa seperti itu. Terkadang Gulf berfikir, 'kalau aku putus sama Phi Mew, aku bakal bahagia ga ya?' 'Phi Mew bakal nyesel ga ya?' atau yang sering Gulf pertanyakan itu 'Aku sanggup ga?'

Karena selama ini, Mew sudah seperti sebuah cahaya yang membuat kehidupan Gulf menjadi berseri. Orang-orang tidak akan pernah tahu, bahwa Mew menjadi salah satu alasan Gulf bertahan.

"Kana."

Panggilan itu membuat Gulf tersadar, aow ternyata sedari tadi dirinya melamun.

"Iya Phi?"

"Makan," ujar Mew.

Baru saja Gulf akan tersenyum, kalimat Mew selanjutnya membuat senyum Gulf kembali tertahan.

"Saya ga suka hamburin uang untuk orang yang tidak menghargai orang lain."

Lagi-lagi, kata 'orang lain' keluar ya?

Gulf hanya mengangguk, kemudian mulai memakan makanannya. Saat ini mereka bertiga sedang makan di sebuah restoran di mall. Setelah puas berbelanja tadi, mereka mampir ke sini sebelum nanti akan pergi menonton. Ralat, bukan mereka bertiga sebenarnya yang belanja, hanya Mew dan Art saja.

Gulf sudah pernah bilang bukan, jika jalan bertiga seperti ini dirinya hanya akan merasa menjadi babu. Karena nyatanya memang seperti itu, Gulf tidak membeli satu barang pun. Padahal paper bag di tangannya banyak, jangan ditanya punya siapa. Yang pasti bukan punya dirinya dan kalian sudah tahu jawabannya.

"Phi Mew, apakah malam ini Phi sibuk?" tanya Art.

"Tidak Nong, kenapa hm?"

"Orang tua ku sedang pergi dan akan pulang besok siang. Bisa kah Phi menginap di rumahku?" Art bertanya dengan nada yang terdengar manja.

Mew tersenyum seraya mengusak rambut Art. "Apasih yang enggak buat kamu?"

Sedangkan Gulf hanya diam. Bingung harus bereaksi seperti apa. Karena sebenarnya hal ini, sudah sering terjadi.

"Phi aku ke toilet dulu. Ingat, jangan pergi ke bioskop duluan ya," pamit Art.

"Siap laksanakan."

Setelah kepergian Art, keadaan di meja menjadi hening. Tidak ada pembicaraan sama sekali, Mew sibuk dengan ponselnya. Terkadang Gulf merasa rindu sampai dada terasa sesak walaupun objek kerinduannya ada di depan mata.

Rasanya seperti, merasa jauh padahal jarak kita dekat.

Ah jika sudah seperti ini Gulf tidak tahan. Dia ingin menangis melihat kelembutan Mew saat berbicara dengan Art tadi. Melihat bagaimana Mew memperlakukan Art sangat istimewa membuat dia merasa lagi-lagi hatinya terluka.

"Phi Mew," panggil Gulf pelan.

"Hm."

"Phi besok bisa mengantarku?" tanya Gulf dengan pelan.

"Tidak. Saya sibuk."

Gulf berucap pelan. "Kalau urusan sama aku selalu sibuk ya Phi."

"Bilang apa kamu?"

"Padahal Phi bilang kepada Art bahwa Phi tidak sibuk. Kenapa kalau sama aku selalu sibuk ya?" gumam Gulf.

Gulf tidak sadar jika gumamannya masih bisa didengar Mew. Dan Mew bisa melihat dengan jelas sorot sedih dan kecewa di mata Gulf, tapi Mew tidak peduli. Karena sampai kapan pun Gulf hanyalah orang asing yang selama dua tahun ini menjabat sebagai pacarnya tapi tidak pernah mengisi hatinya.

Hug Me Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang