HELLO R! - 11

4.5K 1K 322
                                    

Jasmine bergidik dingin karena dateng sekolah kepagian atas suruhan Radja semalem. Kalau bukan karema contekan kimia mana mau dia dateng secepet ini, biasanya kan juga 10 menit sebelum bel masuk baru dia sampe disekolah.

Koridor pagi ini sepi banget cuma dilalui sama beberapa murid rajin yang emang biasa dateng pagi. Jasmine melihat jam tangan yang melingkar dipergelangannya, pukul 6 lewat 11 menit.

Kalau Naya dan Rion tau Jasmine berangkat jam segini, kedua pasti gak bakal percaya atau bahkan ngira Jasmine kerasukan jin karena mau berangkat pagi.

Sesampai dikelas, Jasmine dikejutkan sama presensi Radja udah duduk disana, menyandarkan kepala pada pangkuan tangan dengan mata terpejam.

Dengan semangat, Jasmine pun menghampiri Radja. "Morning baby!" Seru Jasmine dengan aura yang bener-bener positif sampai-sampai ngebuat Radja mendongak dengan senyuman hangat.

Mata Jasmine sedikit membola karena senyuman Radja. "Woah senyum, sering-sering senyum ya ganteng gabaik cemberut terus, nyia-nyain senyum manis loh!"

Radja pun berdiri dari duduknya, niat awal mau ngasih Jasmine jalan tapu cewe itu malah diam sambil natap dia dengan tatapan aneh.

"Kenapa?" Tanya Radja heran.

Jasmine mendekat pada Radja dan berjinjit sedikit karena emang faktor perbedaan tinggi yang kontras. "Bibir lo kenapa? Kok luka?" Tanya Jasmine menunjuk pipi Radja dan meneliti luka yang ada disudut bibir Radja.

Radja berdehem canggung dan menjauhkan Jasmine darinya. "Gapapa."

"Kek cewe lo ah! Ayo ke uks kita obatin, sakit pasti.."

Jasmine pun meletakkan tas nya diatas meja dan menarik pergelangan Radja keluar kelas, menuju ruang kesehatan.

"Lo abis berantem ya? Sama siapa? Kok berantem? Bonyok kan, sakit gak?" Cerocos Jasmine tanpa henti.

Radja menatap lamat punggung Jasmine didepannya, genggaman Jasmine bener-bener erat seakan takut kalau Radja bakal lepas dari dia nyatanya engga.

"Hm,"

"Ih hem doang, gue pencet ya itu luka biar bedarah sekalian. Bodoamat mau dibilang psikotes sekalipun."

"Psikopat Jasmine bukan psikotes."

"Biar beda." Tukas Jasmine membuka pintu  ruang kesehatan yang emang gak ada siapa-siapa karena perawatnya belum dateng.

Jasmine pun menggiring Radja menuju sofa dan mendudukkan cowo itu dengan sedikit paksaan. "Duduk, diem. Ok? Eh gak usah disuruh diem deh, lo kan emang pendiem."

Radja pun memperhatikan pergerakan Jasmine yang tengah mencari kotak p3k, setelah mendapatkan kotak itu, Radja menggeser duduknya guna memberi Jasmine tempat.

Jasmine pun menarik sudut bibirnya girang karena sedikit perhatian dari Radja, dia pun langsung membuka kota p3k dan menuangkan sedikit alkohol pada kapas.

"Gue dari semalem jadi perawat dadakan." Gumam Jasmine menekan kapas dengan perlahan disudut bibir Radja.

"Lo beneran berantem ya?"

Radja berdehem yang membuat Jasmine sedikit melirik sebelum kembali berfokus pada luka Radja. "Sama siapa? Ini rahang lo ada lebam juga. Kenapa masuk sih?! Udah tau sakit gini juga!" Radja terkekeh pelan karena secara cepat Jasmine dapat merubah emosinya.

"Malah ketawa lagi lo, berantem sama siapa sih?"

"Bukan siapa-siapa Jasmine, cuma gini."

"Cuma? Ck, makan nih cuma!" Kesal Jasmine menekan kapas pada rahang Radja ngebuat cowo itu meringis sakit. "Sakit kan? Tandanya bukan cuma!"

"Emang psikopat lo."

"Tuh tau, makanya ayo jadi cowo gue soalnya kalau gue marah, bisa aja lo gue bunuh."

Jasmine pun menyeka kening Radja, udah dia duga pasti ada luka juga disana. Dengan telaten setelah mengoleskan salep, Jasmine pun menutup luka Radja dengan plester bening.

"Tumben lo pake bando?"

"Cantik ya? Emang sih, apapun tentang gue selalu menarik."

Mata Radja berotasi jengah, walau gak dipungkiri juga kalau Jasmine emang secantik itu tapi sayangnya tukang gombal.

"Jadi nyalin tugas gue gak? Keburu rame."

Jasmine gak menggubris omongan Radja ngebuat kening cowo itu mengernyit heran. "Kenapa-"

Omongan Radja terhenti kala Jasmine mendekatkan wajahnya, menaruh tangan menutup mulut Radja dan bukannya mencium bibir cowo itu, Jasmine malah mencium punggung tangannya yang menjadi penghalang antara bibirnya dan Radja.

Radja menahan nafas, tatapan Jasmine beneran kayak sihir ditambah harumnya yang mendominasi penciuman Radja sekarang.

"Untuk sekarang, biarin tangan gue jadi penghalangnya. Gatau nanti," bisik Jasmine dengan senyuman manis.

Damn Jasmine, Radja mulai luluh.


Tbc.

.

.

.

Cerita ini nge-feel ga c?

100 komen untuk membuka chapter selanjutnya ~ ♡ dan diupdate untuk besok ! O(≧∇≦)O


[✔] HELLO R!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang