PRETTT GEGAYAAN LO JATUH CINTA!
Hehehe kasian lo Yon
KOK GUE DITINGGALIN SIH! MELATIIII! SADBOYYYYY!
IH GELI SIALAN, RADJAAA CEWE LO NIH PUNGUT!
RIOOONNNN JASMINEEE!
"Jasmine mana?"
Hari yang harusnya dipakai untuk istirahat nyatanya digunakan untuk menghadiri pemakaman Naya. Malam tadi, Naya menghembuskan nafas terakhirnya saat tubuh lemah itu menuju perjalanan kerumah sakit.
Rion bahkan sempat sesak nafas, hampir kehilangan kesadarannya saat mendengar kabar itu dari mama Naya. Bahkan ditengah makan malam nya dengan Anne, Rion tanpa pikir panjang langsung ngajak cewe itu kerumah sakit.
Rion mengamuk saat sampai disana lantaran tidak boleh menemui jenazah Naya, membuat Anne kewalahan menangani amukan Rion yang membabi buta malam itu.
Natya senantiasa mengelus pundak Hera yang sangat terpukul atas kepergian Naya yang sangat tiba-tiba. Malam dimana Heran menelfonnya, disaat itu juga Natya bergegas menuju rumah sakit.
Jasmine, gadis itu tidak ada dirumah sakit atau bahkan pulang kerumah.
Natya berusaha menghubungi Jasmine, karena sejak semalam dia ada dirumah mendiang Naya menemani Hera yang masih sangat shook.
Radja menghampiri Rion yang duduk diranjang Naya, mengelus figura Naya yang merangkul dirinya dan Jasmine disana. Mata cowo itu sangat merah, dengan lingkar hitam yang terpampang.
"Dia gak ada dirumah sakit, dia juga gak dateng kepemakaman Naya. Gue takut kalau dia macem-macem," lirih Rion menatap figura itu dengan tatapan kosong.
"Kita kerumah dia sekarang." Rion mendongak dan mengangguk lemah, dengan bantuan Radja dia pun berdiri berusaha menopang bobot tubuh nya.
Anne didepan pintu tersenyum tipis dan memeluk Rion singkat, mengelus pungung cowo itu lembut dan mengecup pundak kekasihnya itu dengan sayang tanpa mengatakan apapun. "Susul kak Jasmine, ya?"
Rion mengangguk, Anne yang melihat air mata Rion yang kembali jatuh pun menggeleng dan mengusap pipi Rion guna menghapus air mata.
***
Dengan pakaian semalam yang bahkan meninggalkan darah Naya disana, Jasmine meringkuk didalam lemari pakaian nya. Bibir pucat dan keringat yang membasahi gadis itu dihiraukannya. Nafas berat dibarengi dengan isakan itu enggan berhenti sejak kemarin malam.
Ditangannya, Jasmine mencengkram gelang pemberian terakhir Naya dengan erat. Mengigit bibir bawahnya kuat sampai meninggalkan luka baru disana.
"Bohong. Padahal lo yang janji sama gue dan Rion, tapi lo juga yang ingkar."
Merenggut rambut frustasi, Jasmine menenggelamkan kepala diantara kedua lutut yang tertekuk, mengbenturkan kepalanya pada lutut dengan kuat guna menghilangkan pening yang ia rasa.
Diluar rumah, Radja dan Rion atas izin Natya pun langsung memasuki kawasan rumah Jasmine berusaha mencari gadis itu.
"Jasmine!" Teriak Rion.
Radja berlari menuju lantai atas, dimana kamar gadis itu berada. Ingin membuka namun gagal lantaran pintu yang dikunci dari dalam.
"Dia didalam," gumam Radja dan langsung berteriak memanggil nama Jasmine yang tidak mendapat sahutan apapun.
"Dear!"
Radja panik, tanpa pikir panjang dia pun langsung mendobrak pintu itu sebanyak dua kali agar pintu itu mau terbuka secara paksa.
Rion pun melangkah cepat menyusul Radja dan memasuki kamar Jasmine, rapi. Itu kata yang tepat setelah memasuki kamar gadis itu, bahkan sosok Jasmine pun tidak ditemukan disana.
"Dear? Kamu dimana?" Seru Radja mencari bahkan sampai ketoilet.
Radja menatap lemari besar diujung kamar, berjalan kesana kala terdengar isakan lirih. Mata nya dan Rion bertatapan dan mengangguk, berjalan cepat menuju lemari.
Radja pun langsung membuka lemari dengan cepat, tubuh Jasmine yang bersadar pun hampir jatuh kalau saja Rion tidak sigap berjongkok dan mendekap tubuh lemah itu, panas.
Mata Radja sedikit melebar, mengambil alih tubuh Jasmine dan menggendongnya menuju ranjang sementara Rion pergi kedapur untuk mengambilkan air minum.
Wajah datar Jasmine, tatapan kosong dan keadaan yang kacau membuat Radja langsung memeluk tubuh mungil itu dalam dekapannya. Jasmine menepatkan kepalanya pada dada bidang pemuda itu, memejamkan matanya yang terasa berat.
"Naya ninggalin gue Ja.."
"Sstt, udah ya? Naya pasti sedih kalau liat keadaan kamu sekarang."
"Naya bohong sama gue." Radja mengigit pipi bagian dalamnya saat Jasmine menggumamkan kata-kata dengan nada datarnya, padahal liquid bening mengalir disana.
Rion memasuki kamar dan menepuk pundak Radja, meminta pemuda itu untuk memberikan Jasmine minum terlebih dahulu.
"Ayo minum dulu." Jasmine menurut, walau hanya dua teguk setidaknya ada air yang melewati kerongkongan gadis itu.
Radja menatap Rion sebelum melepaskan pelukannya, menarik Rion agar mendekap Jasmine yang tentu langsung dituruti oleh sahabat gadis nya. Menyampingkan cemburu, Radja yakin kedua orang itu harus menguatkan satu sama lain.
Jasmine mencengkram kemeja Rion, gigi nya bergemelatuk menahan tangis. "Lo gak boleh ikutan ninggalin gue." Tekan Jasmine pelan membuat Rion berpura-pura batuk untuk menahan tangis.
"Jasmine, badan lo panas." Ucap Rion yang merasakan suhu tubuh Jasmine yang meningkat.
Jasmine menggeleng. "Gue gapapa," bisik gadis itu memejamkan matanya.
Kening Radja mengerut, Rion melepaskan pelukannya dan menyingkirkan anak rambut Jasmine guna meraba kening itu dengan punggung tangannya.
"Ja, dia demam tinggi. Dia pasti shook banget," Radja mengangguk paham dan langsung mengambil alih tubuh Jasmine untuk ia gendong menuju mobil, membawa gadis itu kerumah sakit.
Jasmine tertidur, tubuh panasnya membuat Radja khawatir terlebih Jasmine yang terus menggumamkan nama Naya sepanjang jalan.
Jasmine, gadis itu sudah tidak membenci kegelapan.
Tbc.
.
.
.
Tiga serangkai sudah tida lengkap chingu😥💔
110 komen untuk membuka chapter selanjutnya ! ~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] HELLO R!
Teen Fiction𝐓𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍𝐆, 𝐉𝐈𝐒𝐎𝐎 Jasmine Clarabelle Illeona, gadis primadona yang bahkan disukai oleh semua kaum baik adam maupun hawa. Bertemu dengan pemuda pindahan bernama Radja, membuat Jasmine merasakan love at first sight dan berusaha untuk mendob...