"Minggu depan udah mulai sibuk sama ujian segala macem loh Ja, masa lo gamau quality time sama gue?" Kata Jasmine melingkarkan tangannya dileher Radja dan menepatkan dagunya di bahu pemuda itu.
Radja melirik sekilas dan mengusap rahang Jasmine sebentar sebelum kembali berfokus sama soal-soal dibuku nya. "Nanti ya cantik, lepas dulu coba tuh diliatin sama mereka."
Jasmine memeletkan lidahnya pada teman sekelasnya, meledek karena sebagian warga kelas belum memiliki kekasih. Yang mempunyai kekasih pun berbeda kelasnya. "Cie iri!"
"Nemplok mulu lo kek cicak." Cibir Bobby memakan yupi nya.
"Kalau sama Radja sih gapapa, beda cerita kalau gue nemplok sama lo." Acuh Jasmine yang disambut pelototan gemas dari Bobby, Jasmine tengil satu ini memang minta dijitak.
Jasmine pun meneliti wajah Radja dari samping, lalu menarik dagu pemuda itu untuk menghadap kearahnya. Mata Jasmine dibuat fokus pada tahi lalat yang ada pada hidung kekasihnya itu.
"Oh? Hidung lo ngingetin gue sama anak yang waktu itu nangis pas kecil."
Radja mengangkat kedua alisnya. "Anak kecil?"
Jasmine mengangguk dan meneliti wajah Radja lagi. "Tapi dia nya gak seganteng lo sih, tapi gatau lagi deh." Jasmine menjeda kalimatnya dan melepaskan dagu Radja dari tangannya. "Bahu gue banyak disandarin sama anak laki-laki pas kecil, jadi susah ngingat satu-satu."
Decihan tidak percaya Radja lontarkan, hampir aja dia ngira kalau Jasmine itu anak kecil yang ngerangkul dia dihari tersedihnya. Gak lama dia pun meletakkan pulpennya dan melingkarkan tangan pada pinggang Jasmine lalu bersandar dibahu gadis itu dengan mata terpejam.
Jesslyn menatap benci keduanya dibelakang, cengkramannya pada pulpen kian menguat bahkan rasanya dapat mematahkan pulpen itu sebentar lagi.
"Tumben lo duluan? Btw, berat anjir pala lo!"
Radja malah menyamankan posisinya dibahu Jasmine, mengabaikan seruan dari makhluk iri dikelas mereka. "Gak boleh minjemin bahu ke cowo lagi, sama aku aja."
Jasmine tersenyum gemas, Radja makin kesini makin jinak ditambah ngomongnya aku-kamu. Kan Jasmine ikut baper, tapi dianya gak bisa buat aku-kamuan karena menurut dia itu rada aneh untuk seorang Jasmine.
"Kan pas kecil Ja?"
"Sama aja, ngomong-ngomong... kamu pernah ketemu anak kecil cowo yang nangis ditangga rumah sakit 11 tahun yang lalu gak?"
Jasmine menimang. "Berarti pas umur 7 tahun ya? Diumur segitu gue sering kerumah sakit sih ikut tante, sekalian berbaur sama pasien disana."
"Pertanyaan aku bukan itu dear."
Jasmine terkekeh, tangannya bergerak untuk mengusap tempurung kepala Radja lembut. "Anak kecil cowo? Aku minjemin bahu aku buat banyak orang, kalau untuk anak laki-laki yang nangis ditangga rumah sakit aku ketemu dua dan alasannya sama, bunda nya meninggal."
Jasmine berjengit kala pelukan Radja kian mengerat, mata Jasmine mengerjap karena sadar kalau dia barusan ngegunain aku bukan gue. Ah wajahnya memanas.
"Jadi-"
"Heh romantisannya pending, kelas 12 disuruh ke aula tuh!"
Jasmine mengangguk dan hendak beranjak tapi Radja masih tetap pada posisinya. Jasmine pun menatap Naya dan Rion lalu mengibaskan tangannya. "Duluan aja, ntar gue nyusul."
Naya dan Rion mengangguk, menutup pintu kelas menyisakan Jasmine dan Radja disana dengan posisi yang tidak berubah sama sekali.
"Emang kenapa kok nanyain itu?" Tanya Jasmine heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] HELLO R!
Teen Fiction𝐓𝐀𝐄𝐇𝐘𝐔𝐍𝐆, 𝐉𝐈𝐒𝐎𝐎 Jasmine Clarabelle Illeona, gadis primadona yang bahkan disukai oleh semua kaum baik adam maupun hawa. Bertemu dengan pemuda pindahan bernama Radja, membuat Jasmine merasakan love at first sight dan berusaha untuk mendob...