HELLO R! - 20

4.1K 851 309
                                    

Rintikan hujan dimalam hari, langkah kaki yang bersahutan tidak sabaran menggema dikoridor rumah sakit.

"Engga, dia gapapa." Bisik Jasmine dengan kekehan samar.

"Jasmine.."

"NAYA BANGUN!"

Rion memeluk Jasmine erat, berusaha menjauhkan Jasmine dari jenazah Naya yang akan dibersihkan. "Jasmine tenang."

"Gimana gue bisa tenang! Lepasin! Naya! Bangun!"

"Lo gak bangun gue pukul ya Nay!" Tangisan dan jeritan Jasmine memenuhi koridor, memberotak dari dekapan erat Rion.

Rion berusaha bernafas, wajahnya pucat dan matanya yang mendesak ingin mengeluarkan tangisan. Tapi, jika ia menangis siapa yang akan menenangkan Jasmine?

"Jasmine--"

"Engga, Naya masih hidup! NAYA BANGUN!" Jasmine memukul dadanya yang sesak, Rion menggenggam tangan Jasmine kuat supaya gadis itu tidak memukul dadanya kelewat kencang.

"Ini mimpi kan? Bangunin gue Yon, gue mohon bangunin gue." Bisik Jasmine beralih mencengkram lehernya yang sakit merasakan tekanan.

"Sadarin diri lo Jasmine!"

Jasmine menjerit kuat, tangannya merenggut rambut dengan frustasi. "Naya!"

"Jasmine bangun!" Jasmine langsung terduduk, mengambil nafas dengan cepat seolah-olah dia gak bakal bisa merasakan oksigen lagi.

Natya menatap Jasmine khawatir. Jasmine membawa tangannya menuju pipi, basah. "Mimpi itu lagi?" Tanya Natya pelan disertai usapan lembut ditempurung kepalanya.

Jasmine yang semua terdiam langsung terisak dengan tubuh bergetar hebat. "Ma," mimpi itu adalah yang kesekian kalinya sejak kemarin ia tertidur.

"Naya gapapa Jasmine, udah ya?" Natya memeluk Jasmine lembut disertai tepukan teratur pada punggungnya.

"Hari ini--"

"Pernikahan papa, kamu tetep mau dateng?" Sela Natya mengusap wajah Jasmine lembut.

Jasmine memejamkan matanya, berusaha menetralkan detak jantung yang terpacu sebelum akhirnya mengangguk pelan.

"Mama dateng?"

"Mama--"

"Jasmine ngerti, kalau gitu Jasmine mau siap-siap dulu."

Acara pernikahan Braha akan dimulai pukul 9 pagi nanti hingga malam hari, namun Jasmine akan menghadiri dipagi ini karena tidak mau berlama-lama melihat pernikahan Braha disana.

Pikiran Jasmine masih menerawang pada mimpinya tentang Naya. Itu terasa nyata dan bukan seperti mimpi yang biasa ia alami.

Menuruni anak tangga terakhir, Jasmine terduduk dengan nafas berat. Dia gak bisa tenang sama sekali, kepalanya seakan video pemutar yang memutar mimpi Naya berulang kali.

"Sayang, itu ada cowo didepan pacar kamu?"

Jasmine mendongak. "Huh? Siapa?"

"Radja katanya."

Senyum Jasmine terbit walaupun tipis. "Temen mah, tapi otw jadi pacar Jasmine doain aja hehe."

Natya menggeleng pelan, merapikan rambut Jasmine dan memberikan bingkisan ketangan gadis itu. "Kasihin ke papa, titip salam dari mama ya?"

Jasmine terdiam sebelum menganggukkan kepalanya. "Iya ma, kalau gitu Jasmine duluan. Bye ma."

Melihat mobil Radja yang terparkir, maka dengan cepat Jasmine langsung memasuki mobil dan melambai kearah Radja.

"Ih ganteng! Ikutan nikah yuk Ja?"

"Ngawur."

Jasmine terkekeh, lalu dengan cepat ekspresinya menjadi kosong menatap rumah-rumah dikomplek. Kenapa hidupnya gini banget sih? Kadang Jasmine mikir, dia ada salah apa sampai mama papa nya pisah? Karena Jasmine bandel ya makanya mereka gak kuat?

"Muka lo kenapa bengkak gitu? Abis nangis ya?"

"Keliatan?"

"Dimata gue iya, kenapa?"

"Jangan nanyain gue kenapa ntar gue beneran nangis ribet lagi." Tukas Jasmine mengusap ujung matanya.

Radja menepikan mobilnya, melepaskan sabuk pengaman Jasmine juga dirinya. Mencengkram kedua bahu gadis itu dengan tatapan dalam. "Coba, liat gue."

Bener aja, Jasmine langsung menunduk dalam dengan tangan yang mencengkram ujung dressnya. "Gue nyusahin Ja makanya mama sama papa gakuat ngurus gue."

Radja menggeleng dan meletakkan kepala Jasmine dibahunya. "Engga Jasmine lo gak nyusahin siapa-siapa. Mereka pisah pasti ada alasan kuat yang pasti bukan karena lo. Kalau mereka cape sama kelakuan anaknya, gak mungkin tante Natya masih mertahanin lo dari om Braha atau kalau om Braha gak sayang sama lo gak mungkin dia berusaha ngambil lo dari tante Natya." Jelas Radja.

Jasmine mengusap matanya yang berair. "Cengeng banget ya gue Ja gini doang nangis?"

"Boong kalau gue bilang perceraian orang tua itu gak sakit."

Radja menepuk kepala Jasmine lembut sementara gadis itu cuma menunduk menyandarkan kepala pada bahu Radja dengan tangan yang melingkar dipinggang cowo itu. "Ja, lo obat ya? Gue kalau deket lo rasanya kayak sembuh aja gitu."

"Astaga Jasmine, jangan ngomong ngada-ngada dulu bisa gak?"

"Ntar disana ada sodara tiri gue, anaknya cantik. Jangan sampe lo ngelirik dia, awas aja ntar--"

"Gak mungkin gue ngelirik cewe lain, satu aja kewalahan tau gak?"

Jasmine terkekeh, nyatanya bukan cuma masalah orangtua nya yang jadi beban pikiran Jasmine saat ini. Melainkan Naya juga mendominasi, mimpi itu... beneran kerasa nyatanya.


Tbc.

.

.

.

Selamat datang diwaktu Peachyssaa bagian masalahヽ(^。^)丿

150 komen untuk membuka chapter selanjutnya ! ~♡


[✔] HELLO R!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang