Deringan handphone membuat Yuki dan Dion mengalihkan perhatian mereka dari makanan yang sedang mereka santap. Menatap nama pengganggu yang tertera di layar handphone. Saling bertatapan, seolah bertanya harus bagaimana.
"Angkat aja!" ujar Dion, meski kesal waktu mereka berdua diganggu tapi ia tidak bisa melarang Yuki untuk menolak panggilan masuk dari sahabat kekasihnya itu.
"Iya Qei!" sapa Yuki. "Ada apa?" tanyanya.
"Kamu di mana sekarang? Aku di ruang koleksian foto ni!" ujar Qeiza.
"Ngapain malam-malam di sana?" tanya Yuki, ia tidak heran jika Qeiza bisa masuk ke rumahnya karena sahabatnya itu mempunyai kunci rumahnya tapi ia hanya bingung kenapa Qeiza tidak langsung pergi ke kamarnya atau ke taman tempat biasa mereka mengobrol.
"Kamu di mana? Ke sini sebentar! Ada yang mau aku bicarakan!"
"Aku di ruang makan Qei! Kamu aja yang ke sini!" ujar Yuki sembari menatap Dion yang terus memakan makanannya.
"Yuki! Kamu yang ke sini! Aku tunggu!" ujar Qeiza lalu memutuskan panggilan sepihak.
"Kenapa?" tanya Dion yang melihat ekspresi kesal Yuki.
"Qeiza suruh aku ke ruang koleksi foto." Yuki sedikit tidak enak hati membicarakannya, ia sedang makan malam dengan Dion tapi ia malah lupa mematikan handphonenya.
"Ya udah yuk! Mungkin ada hal penting!" ajak Dion sembari bangkit dari duduknya.
"Makan malamnya?" tanya Yuki.
"Aku udah kenyang kok, nanti kalau kamu masih lapar, kan bisa dipanaskan!" ujar Dion lembut. Mengulurkan tangannya untuk Yuki genggam.
Yuki tersenyum, ia menerima uluran tangan Dion dan menggenggamnya erat. Pergi ke ruang koleksi foto tempat Qeiza menunggu yang berjarak tiga menit perjalanan. "Ada apa?" teriaknya setelah membuka pintu dan melihat Qeiza yang terlihat panik dari kejauhan.
Qeiza melambai-lambaikan tangannya, mengisyaratkan untuk segera datang, seolah Yuki buta dan tidak bisa melihat dirinya. "Yuk, kamu yakin ini Bara?" tanyanya sembari menunjuk foto seorang pria yang baru Yuki pajang lima hari yang lalu.
"Iya itu Bara! Memangnya kenapa?" tanya Yuki dengan kening yang berkerut.
"Kamu yakin dia cuma ada di bayangan kamu seperti yang media katakan?" tanya Qeiza lagi tanpa menjawab pertanyaan Yuki.
"Iya." Yuki mengangguk. "Dua hari lalu wartawan ke sini dan aku yang bilang tentang itu ke media!" jelasnya sembari melihat akun sosial medianya sendiri yang memposting foto dirinya yang berdiri di depan foto Bara.
"Kamu yakin belum pernah lihat di kehidupan nyata?" tanya Qeiza lagi, ia menatap Yuki serius.
Yuki menghembuskan napasnya lelah. Sedari tadi menjawab pertanyaan Qeiza yang itu-itu saja. "Bicara yang jelas kenapa Qei? Kamu dari tadi tanya pertanyaan yang sama juga jawaba aku gak akan berubah!" ujarnya kesal.
"Aku kenal sama Bara!" ujar Qeiza langsung, ia melihat Yuki dan Dion bergantian.
"Maksud kamu? Kamu masuk ke alam khayalan aku?" tanya Yuki tidak percaya. Semua koleksi foto yang ada di "Rumah Khayalan"-nya ini benar-benar adalah tokoh murni yang ia bayangkan saat ia menulis novel itu.
"Kamu ingat waktu kita ke supermarket?" tanya Qeiza.
"Iya, ingat!" Yuki dengan cepat mengangguk.
"Kamu ingat dengan pria yang aku bilang tampan walau mukanya ketutup masker?" tanya Qeiza lagi, membuat Yuki semakin pensaran.
"Iya! To the point aja Qei!" kesal Yuki.
"Pria itu adalah Bara!" ujar Qeiza langsung, sesuia keinnginan Yuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Face Shadow
RomanceYuki, seorang penulis terkenal yang enggan mengizinkan bukunya untuk difilmkan. Ia sangat mencintai paduan kata dari kalimat yang dirangkainnya hingga tak ingin semua itu buyar dengan tokoh nyata. Kecintaannya pada karyanya itu semakin membuat pengg...