Chapter 2

71 23 13
                                    

Malam ini Yuki langsung menginap di rumah barunya. Ia juga mengajak Qeiza bersama dengannya. Menikmati pemandangan desa saat malam hari yang biasanya hanya ia lihat dari setingan suasana di dalam kamar. Melihat kunang-kunang yang menguasai taman rumahnya.

"Bagus bukan?" tanya Yuki pada Qeiza sembari menulis di laptopnya.

"Hemmm, tapi kurasa di kota lebih baik!" ujar Qeiza, tak sependapat dengan Yuki. Ini zaman modern, semua hal bisa didapatkan tanpa harus bersusah-susah berkelana. Di kota mereka juga bisa mendapatkan suasana seperti ini.

"Ya... terserah, ini tergantung selera! Yang alami atau palsu!" Yuki tersenyum saat mengatakan itu. Ia kembali melihat kunang-kunang yang bersinar membantu bulan menerangi malam.

Alunan musik begitu merdu terdengar membelah sunyinya malam yang tadinya hanya dihiasi suara jangkrik dan burung hantu. "Dion!" Yuki membaca layar handphonenya senang. "Halo sayang!" ujarnya setelah menerima panggilan itu.

"Yuki, kamu di mana?" tanya Dion di seberang sana.

Yuki terdiam, ia bingung harus mengatakan tentang rencananya ke depan pada Dion sekarang atau nanti. "Aku lagi di apartement!" jawabnya berbohong.

"Yuk!"

Gadis bermata coklat itu menahan Qeiza agar tidak berbicara dulu. Ia tau jika sahabatnya itu ingin mengatakan jika sebaiknya ia jujur pada Dion tapi ia lebih nyaman berbicara secara langsung pada Dion. Saat Dion Kembali, ia pasti akan langsung mengatakannya.

"Kamu di mana? Aku di apartementmu sekarang!" tanya Dion, suaranya terdengar bingung.

Kalimat Dion membuat Yuki terkejut, pacarnya itu mengatakan jika ia akan kembali tiga hari lagi. Ia menggigit bibirnya bingung, Dion pasti sudah menggeledeh apartementnya untuk mencarinya. "Aku..."

"Hai Dion! Kami lagi di desa nih!" ujar Qeiza menyengaja, ia suka pertengkaran tapi sayangnya sahabatnya itu sangat beruntung hingga mempunyai pacar yang tidak bisa marah padanya.

"Yuki, kenapa kamu bohong?" tanya Dion dengan suara lembutnya.

"Di, aku... aku cuma mau liburan aja di desa! Di apartement bosan banget gak ada kamu!" ujar Yuki kembali berbohong.

"Hemmm, aku jemput kamu sekarang ya!" ujar Dion.

"Besok aku akan kembali apartement sayang!" ujar Yuki, ia memang rindu dengan Dion tapi ia juga masih ingin di sini dan menikmati malam dengan keheningan alami.

"Kamu gak rindu sama aku?" tanya Dion terdengar sedih.

"Dion... jangan berlebihan sayang!" ujar Yuki tak membenarkan perkataan Dion tadi.

"Yuki, aku pulang cepat khusus buat kamu tapi kamu!" ujar Dion, ia mendesah kecewa.

Yuki menggigit jarinya bingung, jika sudah seperti ini ia tidak bisa menolak Dion. "Yaudah Di, kamu boleh ke sini!" ujarnya sembari melirik Qeiza meminta pendapat.

"Makasih sayang." Dion menghentikan panggilan sepihak.

"Makanya... kan udah aku bilang, kalau sama pacar itu harus jujur!" ujar Qeiza, melirik sahabatnya itu sekilas lalu kembali fokus pada handphonenya.

Kesunyian menyambut mereka. Yuki memilih diam daripada harus berdebat. Ia juga memikirkan bagaimana cara mengetakan tentang ini pada Dion. Ia takut jika kekasihnya itu tidak setuju.

******************

Senyuman Dion menghiasi wajahnya saat ia memasuki pintu tempat Yuki menginap. Namun, alisnya mengernyit saat melihat ke sekeliling ruangan yang tidak seperti tempat penginapan melainkan seperti rumah pribadi. Ia juga kebingungan saat melihat beberapa barang yang tertata di rak sama persis dengan barang pernah ia beli khusus untuk Yuki.

Face Shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang