Botol ketiga berhasil kandas dalam sekali teguk. Kepala sang peminum jatuh di atas meja bar. Tangannya terkepal marah, mengingat kejadian yang menimpanya beberapa jam yang lalu. "Hanya kamu yang egois Yuki!" gumamnya, memukul-mukul meja bar yang tak bersalah.
"Berhentilah bergumam Dion! Sudah waktunya kita pulang!" ujar Daffa merasa tak nyaman. Pasalnya mereka bukan sosok yang seharusnya berada di tempat seperti ini. Nama mereka yang hampir diketahui semua orang bisa saja mengantarkan awak media ke sini. Ia tidak ingin temannya masuk berita karena putus cinta dan ialah yang berakhir dijadikan kambing hitam oleh Dion. Pemilik perusahaan yang akan menjadikan Yuki dan Fero sebagai pemeran baru dalam dunia industri.
Dion menarik kerah kemeja temannya hingga wajah mereka bertatapan. "Batalkan pembuatan film itu!!" ujarnya dengan nada marah. Matanya yang memerah dan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya terlihat menyeramkan.
Napas Daffa naik turun, ia memang pemilik perusahaan itu tapi tetap saja, pemilik saham yang lain tidak akan setuju dengan permintaan Dion. Itu hanya akan merusak pandangan mereka terhadapnya, ia akan dianggap tidak profesional karena hal kecil seperti ini. "Tenanglah sedikit Dion! Fero sama sekali bukan tipe Yuki! Dia tidak akan jatuh cinta padanya!" ujarnya, ia tau jika saat ini Dion hanyalah kecemburuan sesaat.
Kerah kemeja Daffa, Dion lepaskan secara kasar hingga tubuh Daffa sedikit mundur ke belakang. "Dia bahkan rela putus denganku dan kamu bilang dia sama sekali tidak tertarik dengan Fero! Kamu bahkan tidak mengenalnya dengan baik Daffa!" Ia kembali meneguk bir keempatnya, menumpahkan kekesalannya akan cinta dan harapannya yang pupus.
Menggeleng pelan, Daffa memesan satu bir untuk dirinya sendiri. Ia akan menemani Dion minum setidanya sampai Dion tidak sadar lagi karena rasa bersalahnya. Saat rapat dengan pemilik saham lain, ia sama sekali tidak mengingat jika Dion adalah pria yang pencemburu. "Dia hanya menginginkan filmnya Dion, bukan Fero." Ia meneguk birnya kasar, ini salah satu alasannya menolak semua wanita yang menyukainya meski ada di antara mereka yang membuatnya tertarik. Ayolah, mengapa semua orang sangat suka terlibat dalam hubungan cinta yang begitu rumit?
"Apa taunya kamu! Yuki bahkan membayangkan wajah Fero dalam khayalannya!" Botol keempat diteguk habis. Kepalanya kembali terjatuh di atas meja bar dengan tangan kiri yang memijit kepalanya yang pusing. Tangan kanannya menunjuk salah satu bir di hadapannya. "Satu lagi!" ujarnya dalam keadaaanya yang setengah sadar.
"Kenapa kamu tidak minum obat tidur saja?" tanya Daffa, ia tau jika Dion bukanlah pria yang kuat minum. Baru empat botol saja sudah sempoyongan seperti ini. Lihatlah, mana cocok pria yang biasanya memakai pakaian serba putih dan selalu dalam keadaan steril berada di tempat seperti ini dengan kondisi menggenaskan. Rambut yang berantakan, air liur yang bercampur baur dengan keringat dan jangan lupa air mata yang sesekali terjatuh dari matanya.
"Aku mencintainya!" guman Dion, ia berusaha bangkit menahan kepalanya yang pusing. Menatap Daffa dengan pandangan yang kini mengabur. "Aku mencintainya! Sangat mencintainya!!" Ia menunjuk-nunjuk wajah Daffa dengan senyum kesedihan yang samar-samar. Membuat siapa pun yang melihatnya ikut merasakaan kesedihan itu.
Daffa menggeleng, mendengarkan kalimat yang sama dari Dion benar-benar membosankan! Mengapa Dion tidak memaki Yuki seperti di dalam film-film yang pernah ia produksi? "Kamu masi sadar?" tanyanya yang langsung mendapatkan anggukan dari Dion.
Tubuh Dion terjatuh di atas lantai saat tamparan Daffa mengenai wajahnya. Kesadarannya hilang sudah membuat Daffa tersenyum. Begini lebih baik, Dion juga bisa bangun lebih cepat beso pagi dan membiacrakan semuanya pada Yuki. Mereka harus saling terbuka jika masih ingin melanjutkan kisah cinta mereka. "Kita pulang!"
*********************************
"Kamu dari mana?" tanya Karyl cepat begitu mendapati Fero membuka pintu apartmen. Sudah lebih dari sepuluh jam ia menunggu kepulangan Fero karena tak melihat keberadaan kekasihnya itu saat ia terbangun tadi siang. Ia sendiri tidak tau bagaimana bisa ia bangun seterlambat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Face Shadow
RomanceYuki, seorang penulis terkenal yang enggan mengizinkan bukunya untuk difilmkan. Ia sangat mencintai paduan kata dari kalimat yang dirangkainnya hingga tak ingin semua itu buyar dengan tokoh nyata. Kecintaannya pada karyanya itu semakin membuat pengg...