Chapter 7

47 18 1
                                    

Pupil mata Karyl yang masih tertutupi kelopaknya terlihat bergerak. Matanya terbuka perlahan, menyipit karena cahaya yang masuk terlalu terang. Ia melihat ke samping, mamanya tertidur dengan kepala yang tertaruh di atas ranjang.

Kepalanya bergerak pelan, mencari keberadaan Fero. Berharap kejadian malam itu hanyalah mimpi dan Fero masih ada di sini, selalu setia menemaninya. Ia mencoba duduk perlahan-lahan, masih menelusuri ke seluruh ruangan tapi Fero memang tidak ada di sini, hanya papanya yang tertidur pulas di sofa.

"Karyl, kamu sudah sadar?" Sapaan itu membuatnya terkejut. Livy baru saja keluar dari kamar mandi.

Karyl tersenyum namun tatapan matanya sendu. "Di mana Fero?" tanyanya walau sudah tau jawaban apa yang Livy berikan. Ia memalingkan wajahnya tak ingin menatap Livy.

"Kamu yang tau di mana dia Karyl! Dia pergi saat ulang tahunmu! Dia mengundurkan diri dari pekerjaan! Dia ingin pergi dari kehidupanmu! Dia tidak..."

"Cukup Livy!" teriak Karyl, ia menutup telinganya. Matanya memerah, air matanya berusaha ia tahan.

Mama Karyl dan papa Karyl yang tertidur terkejut mendengar suara teriakan putri mereka. "Sayang, syukurlah kamu sudah bangun?" ujar mama Karyl sembari mengelus rambut purtinya.

"Kenapa kamu teriak sayang?" tanya Papa Karyl sembari berjalan mendekati putrinya.

"Paman Brylee, aku hanya menjawab pertanyaan putrimu tapi dia malah meneriakiku!" Livy duduk di sofa single sembari memakan apel. "Lupakan Fero Karyl!" pintanya serius.

"Pa, Papa udah tau ke mana Fero pergi?" tanya Karyl pada Brylee, ia menatap papanya serius. Berharap hubungannya dengan Fero masih bisa dipertahankan.

"Lupakan dia!" ujar Brylee tegas. Ia sudah cukup menahan semua ini selama depalan tahun. Ia tidak ingin putrinya lebih terpuruk dari ini.

"Ma, Mama udah tau di mana Fero kan?!" Karyl beralih menatap mamanya dengan tatapan penuh harap.

Wanita paruh baya menatap putrinya tidak tega. Selamanya putrinya koma, ia terus mencari tau di mana keberadaan Fero tapi pria yang dicintai putrinya itu tidak tau pergi ke mana. Ia tidak bisa membawa kembali cinta putrinya yang memilih untuk pergi.

"Jangan kasihan padanya Emma! Kita terlalu memanjakannya hingga ia tidak tau batas mencintai seseorang!" ujar Brylee tajam. Ia menatap putri dan istrinya bergantian. "Tidurlah!" ujarnya pada semua orang yang ada di ruangan itu.

"Pa, aku mencintai Fero!" teriak Karyl keras kepala. Sama seperti sebelumnya saat semua orang memintanya untuk melupakan Fero. "Kalian semua selalu memintaku untuk belajar melupakannya, tapi tidak ada yang memintanya untuk belajar mencintaiku!" teriaknya meluapkan emosinya yang selama ini tertahan. Ia menatap Livy, Emma bahkan Brylee tajam. Ia ingin semua orang mengerti jika ia hanya bisa mencintai Fero.

"Sayang, Fero hanya cinta pertamamu! Kamu bisa melupakannya dan mencari cinta kedua yang mencintaimu!" ujar Emma lembut, putrinya sudah seperti ini, ia tidak tega untuk bersikap tegas lagi.

"Tapi aku hanya menginginkan cinta pertama itu Ma! Kenapa kalian semua tidak mengerti?!" tanya Karyl, wajahnya semakin pucat setelah berteriak tadi. Bibirnya bergetar, ia sangat ingin menangis saat ini tapi ia tau, jika ia menangis, ia hanya akan pingsan lagi dan jaraknya dengan Fero akan semakin jauh.

"Papa dan Mama juga sama-sama bukan dari cinta pertama Karyl! Cobalah menjadi gadis yang lebih berharga!" pinta Brylee frustasi. Fero yang bahkan tidak membalas emailnya sudah menjawab jelas jika putrinya telah tertolak dengan keras. Tamparan keras baginya yang gagal menjadikan putrinya sebagai gadis yang dikejar oleh pria, bukan putrinya yang mengejar pria itu.

Face Shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang