Chapter 18

41 14 0
                                    

Lampu-lampu jalanan satu persatu dinyalakan, mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya malam. Kicauan burung terdengar bersatu dengan kepakan sayap mereka, membentuk formasi yang indah di langit senja.

"Sampai bertemu besok, aku harap kamu datang tepat waktu!" ujar Yuki sembari mengulurkan tangannya.

"Ya, aku pasti akan datang tepat waktu, bahkan lebih awal darimu!" ujar Fero yakin. Ia menyambut uluran tangan Yuki sembari tersenyum, merasakan jika ia seperti sering menggenggam tangan ini sebelumnya, yang ia tak tau kapan itu.

"Hati-hati di jalan!" Yuki melepaskan genggaman tangan Fero. Matanya mengernyit mendapati sosok Dion yang tak jauh dari mereka. "Di!" panggilnya sembari melambaikan tangan. Setidaknya ia ingin Dion dan Fero saling menyapa agar Dion tidak salah paham lagi.

"Hai sayang!" Dion berjalan setengah berlari menuju Yuki lalu memeluk gadisnya itu erat. Menunjukkan pada Fero jika Yuki adalah miliknya dan akan selamanya seperti itu. Mengecup dahi Yuki lama tanpa melepaskan pelukannya. "Ke kamar yuk! Aku sangat lelah!" Ia menarik tangan Yuki sebelum gadis itu membantah, menjelaskan pada Fero jika Yuki akan selalu menurutinya.

Yuki bingung tapi ia tak berani mengatakan apa pun karena tak ingin membuat Dion marah karena hal sepele seperti ini. Fero juga pasti akan mengerti, bagaimana perasaan rindu setelah seharian tak bertemu karena pria itu juga memiliki kekasih. "Sangat merindukanku hemmm?" Ia duduk di sofa saat sampai di apartemen Dion.

Dion yang duduk di sampingnya tersenyum simpul, memperlhatkan lesung pipinya yang tadi siang dibuatnya. "Coba tebak, apa yang berbeda dariku hari ini?" tanyanya, ia meletakkan kedua tangannya di bahu Yuki.

"Kamu... menganggap serius perkataanku tadi pagi?" tanya Yuki sembari terus memandang Dion. Ia dapat melihat dengan jelas lesug pipi di pipi kanan Dion. Tangannya terulur menyentuh lesung pipi itu sembari tersenyum. "Sangat manis sampai aku jadi takut terserang diabetes!" pujinya, memandang mata sipit Dion yang juga menatapnya.

"Aku mencintaimu!" ujar Dion, ia mengalihkan tangannya dari bahu Yuki ke pinggang gadis itu. Mengikis jarak yang tersisa di antara mereka.

"Aku juga sangat mencintaimu!" Yuki memejamkan matanya saat wajah Dion semakin mendekat.

Bel yang berbunyi nyaring mengejutkan mereka. Batin mereka menyumpahi siapa pun yang berada di luar sana. Sudah senja begini pun, masih ada seseorang yang begitu iri dengan hubungan mereka.

Langkah kesal Yuki mendekati pintu, mengintip siapa yang mengganggu waktunya bersama Dion. "Fero? Ada apa lagi?" gumamnya lalu menghembuskan napas kasar.

"Hai!" sapa Fero sembari melebarkan senyumannya.

"Ada apa?" tanya Yuki tak berminat untuk basa-basi. Seharian penuh melihat wajah Fero yang tersenyum seperti itu membuatnya bosan.

Senyuman Feri sedikit memudar, sadar betul dengan nada tak suka Yuki. "Sepertinya... handphoneku ketinggalan," ujarnya sembari sedikit menoleh ke dalam, mendapati wajah Dion yang menatap kesalke arahnya. Dugaannya benar, mereka pasti sedang bermesraan sebelum kedatangannya.

"Kamu sengaja meninggalkannya?" tanya Yuki ketus, sedikit tidak nyaman dengan sikap Feri yang kerap kali menunjukkan sikap suka padanya. Kejadian saat mereka berada di dalam lift juga masih terekam sempurna di benaknya.

Fero tak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya saat mendengar perkataan Yuki yang memang benar adanya. "Kamu menuduhku tanpa bukti Yuki!" ujarnya sedikit gugup, ia bahkan tidak berani menatap mata Yuki yang terlihat benar-benar kesal padanya. Gadis di depannya sama seperti Karyl yang tak mudah dibohongi.

"Aku harap kamu akan lebih professional Fero! Hubungan kita hanya berdasarkan kontrak kerja! Aku sudah mempunyai pria yang aku cintai dan kamu juga memilikinya!" ujar Yuki sembari meletakkan sidik jarinya d alat pendeteksi. Masuk ke dalam apartemennya dan mengambil handphone Fero. "Hanya akan ada satu pria dalam hidupku! Jadi jangan lagi menggunakan hal konyol seperti ini untuk mendekat!" ujarnya sembari memberikan handphonenya pada Fero.

Face Shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang