Wanita yang cantik.

26 3 0
                                    



"Siapa kamu?" Tanyaku.

"Namaku, Sri Ningsih." Sahut wanita itu.

"Sri Ningsih? Engga kenal.."

"Pastinya. Ini pertama kalinya kita bertemu.."

"Eh? Kamu siapa?! Ngapain di kamarku!" Teriaku.

"A-ahh, aku engga maksud jahat kok!"

"Ke-keluar!"

Tak berselang lama, ada saudaraku yang masuk ke kamar dengan tergesa-gesa.

"Rian? Ada apa?" Tanyanya.

"Ada orang asing!" Sahutku.

"Hah? Dimana?!"

"Di depanku ini!"

Saudaraku melihat sekeliling kamar, namun entah kenapa dia tidak menyadari ada wanita yang duduk di atas kasurku, wajah saudaraku menatapku dengan tatapan aneh.

"Engga ada siapa-siapa. Udah ya, jangan berisik. Ada banyak orang di luar.." ujarnya sembari keluar dari kamarku.






Sepertinya wanita ini tidak terlihat oleh orang lain, namun aku tidak terkejut, ya, karena kakekku bilang bahwa aku memang bisa melihat mahluk sejenis itu. Namun selama ini aku tidak pernah melihat apapun, entah itu jin atau setan, baru kali ini aku melihat mahluk halus, apalagi dengan wujud cantik seperti itu.

"A-apa yang kamu mau?" Tanyaku.

"Engga ada kok. Aku cuma mau berteman..." Ujarnya sembari mengulurkan tangannya.

"Teman?"

"Iya, teman.."

"Maksudmu?"

"Aku akan menjadi temanmu, dalam keadaan sulit maupun senang, itulah janjiku."


Walaupun agak takut dengannya, pada akhirnya aku menyambut tangannya. Wanita ini memang tidak bisa dilihat oleh orang lain, tetapi entah bagaimana aku bisa memegangnya dan bisa merasakan tubuhnya selayaknya dia nyata.
















Aku tidak tahu apakah tujuan aslinya, tetapi mulai saat itu, Ningsih menjadi temanku. Tanpa sadar, dia menjadi orang yang memulihkan kembali luka yang timbul karena meninggalnya ayahku.

Dia yang menjadi temanku di saat aku butuh seseorang untuk menemaniku ketika aku sedang teringat dengan ayahku. Dia menyemangati hidupku dan seringkali membantu kegiatanku. Sampai-sampai aku sering dianggap gila karena tak sengaja berbicara dengan Ningsih dengan suara yang kencang. Padahal dari perspektif mereka saja yang tidak bisa melihat Ningsih, karena itu aku tidak begitu peduli.

Mungkin terdengar aneh, tapi dia yang membantuku untuk menyontek ketika aku sedang kesulitan saat ujian. Sampai sebegitu kami dekatnya, mungkin melebihi teman dekat sekalipun.















Suatu ketika, aku baru saja naik kelas ke kelas 9, sore itu aku sedang membersihkan sampah sebelum pulang sekolah, tiba-tiba Sri Ningsih memeluku dari belakang. Aku terkejut dan membuat teman-temanku yang masih ada di kelas melihat ke arahku.

"Ada apa?" Bisikku.

"Itu tuh! Coba lihat kolong mejanya Miss Sunflower!" Ujarnya dengan semangat.





Aku lalu menghampiri mejanya dan menemukan bahwa ada dompet yang ketinggalan, setelah aku lihat isinya, memang milik Miss Sunflower. Aku seketika membawa dompet itu dan berlari menuju lorong, kalau aku kejar sekarang pasti masih sempat, pikirku begitu. Namun Ningsih menahan tanganku.

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang