Kerusakan tambahan.

16 3 0
                                    


Setelah menghabiskan satu hari penuh hanya tidur saja kemarin, sekarang aku terbangun sangat pagi. Sepertinya ayam pun belum berkokok. Aku melihat ke sekeliling kamarku, terasa sangat berbeda ketika saat Andini ada di sini. Yah, tidak banyak perubahan, tetapi dari segi suasananya terasa perbedaanya. Aku bahkan teringat bahwa aku memberinya satu permintaan, yang belum aku lakukan karena dia belum memintanya. Aneh, padahal hanya beberapa hari kami menjalani hari bersama, tapi seperti ada sesuatu berbeda yang kurasakan.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, ada panggilan masuk, tertulis bahwa panggilan dari Indiyas.

"Kenapa? Tumben jam segini udah bangun.." tanyaku.

"Hehehe, perawan mah udah bangun jam segini.." sahutnya bangga.

"Paling juga lu gabisa tidur, ya kan?"

"Ya semacam itu, gua baru sampe hotel ini.."

"Oh, gitu. Susah banget nyari lokasinya?"

"Ya gua cuma liatin aja sih, tapi tetep aja capek.."

"Ngomong-ngomong, nyari lokasi buat syuting ternyata lama juga ya.."

"Iya, iya. Gua tau lu kangen kan sama gua! Tiga hari lagi gua pulang sih kayaknya, Sabar ya sayangku.."

"Hadeh.., ya gua ga kangen, tapi gua butuh lu di sini segera, keadaannya makin rumit sekarang.."

"Eh? Kenapa tuh?"

"Sekarang Wulan ga pernah muncul lagi.."

"Lagi?! Buset dah! Lu mah emang gabisa jaga omongan ya.., emang lu ngomong apa ke dia kali ini?"

"Gua nanya soal yang kemaren lu kasih tau ke gua. Tentang darah campuran dan lainnya. Gua tanya apa hal itu benar atau engga. Dia engga jawab, tapi dari ekspresinya, kayaknya bener."

"Hmm. Kalau begitu, memang ada sesuatu yang lebih dalam daripada yang kita tahu selama ini, Rian. Tentang cerita itu dan Wulan. Ada banyak yang harus kita bahas, tunggu gua ya!"

"Iya, hati-hati."


Setelah menutup panggilannya, aku lalu melihat grup kelasku sedang ramai membicarakan sesuatu, bahkan sampai 500 notifikasi lebih yang belum dibuka. Saat aku buka, ternyata mereka membicarakan sebuah kasus penusukan yang terjadi di area kampus kami. Aku sedikit lega, karena kupikir aku telah kelewatan sesuatu yang penting seperti mata kuliah atau tugas. Ya, walaupun masih dalam kondisi liburan semester, tidak ada yang tahu dengan dosen iseng yang secara mendadak.

Aku menghiraukan grup, dan meminta Zahra dan Putra jika ada kabar penting tentang kuliah agar menyampaikannya langsung kepadaku. Tapi serius deh, banyak sekali yang mereka bicarakan, seakan-akan mereka sedang memperdebatkan asal usul manusia atau asal usul alam semesta.






















Bahkan ketika bangun di keesokan harinya, grup masih saja ramai dengan pembahasan yang sepertinya masih sama. Aku teringat, sudah tiga hari sejak bertemu Larisa waktu itu, tetapi dia belum mengabari kapan dan di mana dia ingin bertemu lagi. Ya, memang baru tiga hari, tetapi aku sudah tidak sabar lagi. Aku penasaran dengan alasannya, dan juga tentang kejelasan hubungan kami. Setidaknya, aku akan mempertahankannya bagaimanapun juga.

Setelah mandi, aku keluar dari kosan dan makan siang di warteg langgananku. Dengan lauk yang super irit, aku lahap menyantap makanannya seperti sudah tidak makan berhari-hari. Diiringi dengan suara televisi mengenai berita penusukan yang terjadi di sekitar kampusku, awalnya aku merasa biasa saja, tetapi semakin aku menyimaknya, semakin jelas bahwa tadi malam juga terjadi penusukan. Ternyata sudah dua orang yang menjadi korban penusukan itu, dari informasinya kedua korban itu tidak memiliki hubungan apapun, jadi kepolisian menyangka kalau ini kasus penusukan yang acak, siapapun bisa jadi korbannya.

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang