8 Maret
Hari ini adalah hari Rabu, namun, sejak bangun pukul 7.30 sampai tiba di kampus pukul 8 lebih sedikit, untungnya dosennya belum datang. Aku merasa sangat mengantuk dan pegal-pegal, padahal aku ingat semalam aku tidur sebelum melewati tengah malam, malah sekitar jam 10 lebih. Rasanya hari ini adalah hari di mana tubuhku merasa jauh dari kata fit.
Kebetulan hari ini adalah hari yang sama ketika aku terjebak di ruangan kelas ini bersama Andini. Aku memasuki ruangan secara perlahan, lalu seketika melihat ke arah pintu dan berjalan keluar. Syukurlah, semuanya terlihat normal saja. Kalau tidak, aku bisa sakit jiwa. Aku kembali memasuki kelas, tanpa sengaja aku melihat Andini yang sedang melihat ke arahku, wajahnya terlihat seperti orang yang bersalah.
Oh iya, kalau tidak salah, sejak saat itu, aku sama sekali belum berbicara dengan Andini sama sekali. Karena itu aku memutuskan untuk duduk kursi yang ada di sebelahnya. Namun setelah aku duduk disebelahnya, Andini justru semakin menutup diri, sepertinya memang harus aku yang memulai duluan.
"Andini.." panggilku.
Namun dia tidak menjawab. Entah bagaimana sepertinya aku tahu perkataan yang benar agar ia menengok ke arahku.
Aku menghela nafas, "aku bukan orang yang terbiasa untuk berpura-pura engga ada yang terjadi, karena itu aku meminta ganti rugi darimu."
Andini lalu menurunkan buku dari wajahnya dan langsung menatapku.
"Maaf, Rian.., kamu mau aku ganti rugi apa?" Tanyanya.Tuh kan bener.
"Nah akhirnya nengok juga.." sahutku.
"Kamu mau apa?"
"Engga perlu. Aku cuma mau hubungan di antara kita balik lagi kayak dulu. Engga diem-dieman begini.."
"Eh? Emangnya hubungan apa?"
"Hubungan teman."
"Oh.."
"Huft. Aku udah bilang kan? Kalau aku udah punya pacar.."
"Iya, aku paham kok. Gausah diulang-ulang.."
"Gitu dong. Gausah malu-malu.., aku lebih suka kalau kamu ga malu-malu.."
"Mau aku jadi berani juga, kamu juga gaakan jatuh cinta sama aku kan?"
Entah mengapa aku tidak terkejut dengan balasannya, rasanya aku pernah mendengar ini sebelumnya.
Meskipun begitu, versi dirinya yang frontal ini sangat tajam juga kata-katanya. Entah bagaimana Andini seperti berubah menjadi orang yang baru sejak kejadian itu.
"Oh iya, waktu kemarin kamu bener-bener ga sadar?"
"Engga. Aku engga inget, ada beberapa yang inget, ada beberapa yang engga inget.."
"Apa kamu indigo? Pernah kesurupan gitu?"
"Mana ada.., aku orang yang normal."
Kalau dia sendiri ga sadar, lalu bagaimana caranya dia bisa percaya diri waktu itu. Bahkan sikap pede yang ada di dirinya sekarang mirip seperti yang terjadi waktu itu. Apa terjadi pengembangan karakter pada Andini saat ga bisa keluar itu?
Setelah kelas jam pertama selesai, aku mengambil kamus yang dipinjam di perpustakaan Prodi untuk dibagikan kepada kelas. Karena Fera tidak hadir, aku dibantu Putra yang mana adalah ketua kelas. Kali ini aku yang mengisi daftar hadir dan informasi perkuliahan pada hari ini, biasanya Fera yang menuliskannya, karena itu tulisanku yang sukar dibaca akan sangat menonjol ketika dibaca oleh dosen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Dunia Nalar
ParanormalRian Chandra, seorang Mahasiswa yang sedang dalam masa kasmarannya, tiba-tiba terganggu dengan banyaknya kejadian aneh yang terjadi dan secara tidak sengaja berhubungan langsung dengan dirinya. Karena kejadian aneh itu mengganggu kehidupannya, ia ti...