Jangan buat orang lain menderita karena keegoisan diri.

28 3 0
                                    


Cahaya menyilaukan membangunkanku dari tidur. Entah kenapa setelah bangun, kepalaku agak pusing, padahal aku yakin semalam aku tidak mabuk atau apapun itu. Di sebelahku, terdapat Andini yang duduk melihatku.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Semalam, apa kamu mengigau?" Tanya Andini balik.

"Eh, engga sih kayaknya, emang aku ngomong apa semalem?"

"Kamu engga inget, kamu ngomong apa semalam?"

"Yang aku ingat, terakhir aku bertanya apa perasaanmu ke aku masih sama. Udah itu doang kan ya?"

"Ternyata kamu sadar. Boleh aku tahu kenapa? Kenapa kamu tanya begitu?"

"Karena aku ingin tahu."

"Tapi kenapa? Apa kamu mau aku merasa senang? Sampai memberi harapan kayak gitu.."

"Aku pikir... kalau memang aku dan Larisa sudah berakhir, aku ingin beralih ke seseorang dan orang itu kamu, Andini.."

"Kenapa? Apa kamu sebegitu perlu pacar?"

Aku menghela napas panjang, "Aku butuh seseorang jika ingin melupakannya. Seseorang yang bisa menggantikan posisinya."

"Lalu kenapa harus aku?"

"Karena kamu masih punya perasaan kepadaku. Atau aku salah? Apa kamu sudah tidak punya minat kepadaku?"

Andini memalingkan wajahnya, "Bukannya aku tidak mau. Aku ingin kamu juga punya minat kepadaku.."

"Kalau begitu, tolong, buat aku jatuh cinta kepadamu.."

Andini terpaku melihatku, dia lalu menundukkan wajahnya, tak lama ia kembali menatapku dengan wajah tersenyum.

"Iya, akan aku buat kamu melupakan Larisa.."

Andini lalu memegang tanganku, "dan akan aku buat kamu jatuh cinta kepadaku."







Aku lalu mengambil pakaianku dan pergi ke kamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian. Dengan kepala yang dibasuh air, tiba-tiba aku teringat dengan perkataan Zahra kala itu. Dia berkata bahwa Andini harus menghadapi masalahnya, bukan kabur seperti ini. Memang mungkin maksudnya agar Andini tidak berlama-lama di dalam perawatan ku, tetapi omongannya juga benar, bagaimana pun juga Andini harus menyelesaikan masalahnya cepat atau lambat.

Tetapi bagaimana cara menyelesaikan masalahnya? Sepengetahuanku, masalahnya memang masalah nyata dan bukan berhubungan dengan hal supranatural atau sebagainya. Kalau begitu, seharusnya aku harus menyelesaikan ke akarnya, yaitu hubungan antara Andini dan Ibunya.

Selesai berpakaian, aku keluar kamar mandi lalu memintanya untuk berganti pakaian. Setelah tampil rapih dan cantik, ia lalu menghampiriku dan bertanya.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Andini dengan antusias.

"Kita mau pergi ketemu Ibu kamu." Sahutku.

Wajah Andini langsung berubah menjadi muram, "kamu bercanda kan?"

"Ini yang terbaik, semuanya harus diselesaikan mau atau engga mau.."

"Apa kamu mau aku pergi dari sini? Apa kamu butuh privasi? Mungkin kamu perlu onani atau lainnya? Aku bisa pergi sementara, atau mungkin aku bisa bantu.."

"Be-bentar! Bu-bu-bukan begitu maksudnya!!" Sahutku panik.

Sial. Langsung kesitu aja nuduhnya. Walaupun ada benarnya juga sih, langsung dibongkar aja!

"Benar kan? Aku tahu kamu cowok, pasti hal itu bukan?"

"Ya bener sih, tapi dengerin dulu! Bukan itu maksudnya!!"

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang