Mungkin, dia tidak terlalu beruntung.

25 3 0
                                    


Aku berhasil keluar dari gedung itu, namun aku tidak menemukan jejak dari Larisa. Aku menoleh ke kanan dan kiri, lalu aku melihat ada seseorang yang sedang berlari dari kejauhan, sangat pasti, itu adalah Larisa!

Namun saat hendak berlari, tanganku di tahan oleh seseorang.

"Lepasin!" Ujarku.

"Engga ada gunanya." Sahut orang itu.

Lantas aku menengok, orang yang memegang tanganku adalah wanita dewasa yang terlihat sangat menawan dengan kemeja putih dan rok sepannya itu. Dia ialah orang yang sama ketika aku menolong seorang gadis cilik yang tersesat di stasiun, ya wanita dewasa itu, kalau tidak salah namanya Linda.

"Engga ada gunanya ngejar Larisa sekarang.." lanjutnya.

"Tapi..., Eh? Emangnya kamu tahu apa soal kami?!" Geramku.

"Percayalah. Aku tahu banyak."

"Apa sih, aku aja engga kenal sama kamu!"

"Terus, kalau kamu kejar, emangnya kamu tahu harus ngomong apa sama dia?"

Sial, dia tahu.

Bentar, kok dia tahu?!



"Dari mana Mba Linda tahu?!"

"Linda?! Lia! Namaku Lia, huft. Udah ga sopan sama yang dewasa, udah gitu ngeyel lagi, ditambah lupa nama orang lain.."

"Ma-maaf..."

"Masuk ke dalam lagi. Makan yang banyak. Kalau perut kosong gabisa mikir jernih bukan?"

"Be-bener sih.."

"Kalau udah, coba pikirkan apa yang harus kamu katakan ke Larisa. Jangan ceroboh lagi kayak gini.."

Aku masuk lagi ke dalam, entah kenapa kata-katanya yang benar itu seakan menghipnotisku, aku langsung menurutinya tanpa bertanya-tanya lagi. Saat masuk ke dalam, aku langsung dihampiri oleh Ibu dan Kakaknya Larisa. Rasanya aku sedang berada diujung tanduk sekarang, bisa-bisa ibunya tidak merestuiku lagi. Aku lalu menjelaskan cerita lengkapnya kepada mereka, syukurlah mereka bisa mengerti.

"Begitu rupanya, tapi kamu ada niatan buat jelasin lagi ke Larisa kan?" Tanya ibunya.

"Iya, Tante, pasti. Tadi aku udah kehilangan jejak dia.."

"Ya udah kalau gitu. Nanti ikut kami aja, Larisa udah bilang kalau dia udah sampai rumah barusan. Kamu makan dulu gih.."

"I-iya, Tante. Maafin aku ya Tante.."

"Gapapa kok. Toh cuma salah paham. Mungkin Larisa kaget juga karena baru pertama kali.."

Setidaknya, rasa cemasku berkurang sebagian, karena itu aku langsung mencari Indiyas untuk berbicara dengannya, sepertinya aku sudah terlalu keras dengannya tadi. Aku menemukannya sedang duduk sendirian, sepertinya dia juga belum mengambil makanan, aku lalu menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Indiyas.." panggilku

"Apa lu berhasil?" Tanya Indiyas.

"Belum. Dia udah di rumah.."

"Maaf ya, gua jadi perusak hubungan kalian. Mungkin, paman gua benar, gua cuma membutuhkan perhatian."

"Benar sekali. Cari pacar gih.."

"Jahat banget. Kan bisa dibales pakai omongan yang baik gitu, perasaan cowok lain ga segitunya juga dinginnya.."

"Gua emang engga kayak kebanyakan cowok. Disaat mereka marah, gua engga.."

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang