7 Maret.
Aku hanya bengong melihat ke papan tulis, tentunya aku memikirkan sesuatu, bagaimana tidak?
Setelah Minggu lalu Larisa gagal memperkenalkan aku ke teman-temannya, sekarang, hari Jumat, sepulang kuliah, aku ada janji dengan Larisa untuk menemuinya dan teman-temannya. Ya, walaupun aku tidak begitu percaya diri, aku tidak bisa menolak permintaannya itu. Lagipula, berdasarkan cerita yang ku katakan ke mereka, aku lah yang salah.
Tiba-tiba aku terkejut dengan Fera di sebelahku yang menekan-nekan layar ponselnya dengan marah. Sepertinya dia sedang membalas pesan seseorang, aku pikir kalau menggodanya akan seru.
"Cie, lagi berantem nih?" Tanyaku dengan suara kecil.
"Diam deh lu!" Sahutnya dengan keras.
Karena suaranya yang tidak dikontrol itu, sekelas langsung diam dan melihat ke arah kami berdua. Dosen yang sedang menjelaskan juga melihatku dengan tajam, dia sepertinya menyalahkanku.
"Ah, ma-maaf pak.."
Tak lama, kelas kembali fokus ke materi yang sedang di sampaikan oleh Dosen. Aku kembali melirik Fera, dia masih sama seperti tadi. Sepertinya aku benar, dia memang sedang bertengkar dengan pacarnya. Ya aku memang tidak mengenal pacarnya sih, tapi aku pernah mendengar bahwa pacarnya agak racun gitu.
Setelah kelas selesai, benar saja, Fera memang lagi bermasalah. Bukannya membantuku membawa buku pinjaman ke perpustakaan, dia malah langsung pergi begitu aja. Untungnya ada Zahra dan Putra yang membantuku. Karena penasaran aku bertanya ke Zahra.
"Emang pacarnya seracun apa sih?" Tanyaku.
"Ya gatau pastinya sih, tapi kata Fera sih suka ga jelas, posesif ga beralasan gitu. Sama suka engga adil, dia boleh, Fera gaboleh.." sahut Zahra.
"Emang posesif ga boleh?" Tanya Putra.
"Ih lolot. Bukannya ga boleh, tapi pacarnya itu kayak ga jelas lah. Gak berdasar.." sahut Zahra.
"Enggak lah, kali aja pacarnya punya alasan kuat.."
"Lah, emang lu tau mereka kek apa? Jangan sok tau deh!"
"Lah, emangnya lu tau mereka kayak apa? Lu jangan sok tau deh!"
"Ihhh, nyebelin!!"
Sembari membiarkan mereka adu mulut, aku memikirkan bagaimana bisa pacarnya bisa bersikap seperti itu kepada Fera. Maksudnya, ya, Fera itu wanita yang cantik, masa pacarnya memperlakukan Fera jahat begitu? Aku boro-boro bisa posesif ke Larisa, aku aja takut salah ngomong ke dia. Apa justru aku yang terlalu bucin?
Setelah selesai dengan segala urusan di kampus, aku langsung pergi menuju stasiun Manggarai. Aku menunggu Larisa untuk datang, lalu aku mengabari kepadanya bahwa aku sudah sampai, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kakiku.
Aku lalu menundukkan kepala untuk melihat, ternyata ada gadis cilik. Dia terlihat ketakutan, tetapi ia memegangi celanaku. Aku lalu menekuk kedua lututku hingga setara dengannya.
"Kenapa? Mama kamu kemana?" Tanyaku.
Namun gadis kecil itu hanya menggeleng-gelengkan kepala. Karena itu aku memegang tangannya dan membawanya untuk ke kantor stasiun. Tetapi ia memukul-mukul kakiku, lalu menunjuk ke arah seseorang yang sedang memakan es krim.
"Es krim. Kamu mau?" Tanyaku.
Gadis kecil itu lalu menganggukkan kepalanya. Aku lalu membawanya ke dalam Lawson, lalu aku membelikannya sebuah Es Krim yang berbentuk corong. Setelah itu kami berlanjut berjalan menuju kantor stasiun. Sembari jalan, aku melihat Gadis kecil itu, setelah kulihat, sepertinya gadis kecil ini setidaknya sudah kelas 6 Sekolah Dasar. Namun aku bingung kenapa dia tidak berbicara apapun, biasanya anak kecil itu cerewet dan banyak berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Dunia Nalar
ParanormalRian Chandra, seorang Mahasiswa yang sedang dalam masa kasmarannya, tiba-tiba terganggu dengan banyaknya kejadian aneh yang terjadi dan secara tidak sengaja berhubungan langsung dengan dirinya. Karena kejadian aneh itu mengganggu kehidupannya, ia ti...