Seperti sup, mengental oleh waktu.

29 3 0
                                    


"Ini masih asumsi gua aja, tapi gua rasa kutukan yang dimaksudnya itu, adalah yang membuat lu menularkannya ke orang yang dekat sama lu, seperti virus.."

"Tapi bagaimana mungkin? Gua aja engga ngerasa apapun yang berbeda.."

"Mungkin lu engga sadar aja. Kalau memang benar, seharusnya lu bisa mewujudkan harapan lu dengan mudah. Karena setiap kejadian supranatural yang terjadi, karena temen-temen lu berharap akan sesuatu untuk terjadi kan?

"Masuk akal sih.."

"Iya, buat tes aja, coba lu berharap akan sesuatu. Misalnya sebuah benda, bakalan lebih mudah gua rasa.."

"Oke deh.."

"Ya udah, nanti kalau gua udah pulang. Kita bahas ini lebih lanjut lagi, buat sekarang coba hati-hati. Kita juga engga tau apa asumsi gua bener atau engga."


Mungkin aku terlalu cepat mengambil kesimpulan, tetapi saat tadi aku menemukan anaknya Bu Elis, aku sempat berharap untuk anaknya cepat ketemu, lalu secara tiba-tiba, aku menemukannya. Jika memang itu buktinya, berarti memang benar?

Aku melihat ke telapak tanganku, lalu menutup kedua mataku dan dalam hati berkata bahwa aku ingin menemukan boneka Dodoco milik Anggi tadi. Aku lalu membuka mata secara perlahan, ketika mataku sudah terbuka, ternyata benar, boneka kelinci putih itu muncul tepat di atas telapak tangan kananku.


Ternyata memang benar.

Aku penyebab semuanya.


Setelah Zahra dan Putra kembali, aku beranjak untuk mengembalikan boneka tersebut. Tentunya anak kecil itu, Anggi, sangat senang ketika aku menyerahkan bonekanya. Tetapi entah kenapa, aku tidak senang sama sekali.

Selesai makan siang, kami melanjutkan bermain air, tetapi entah kenapa perasaanku berbeda dari sebelumnya. Entah kenapa hal ini lebih mengejutkan daripada diputuskan oleh Larisa. Ya, tentunya aku mencoba untuk fokus berharap untuk Larisa kembali menelponku kembali dan berbaikan denganku. Tetapi, berkali-kali aku berharap, sampai aku tiba di rumah sore hari, harapan itu tidak terwujud juga.




Apa hanya kebetulan saja?

Tapi mana ada kebetulan yang bisa membuat sebuah benda tiba-tiba muncul?







Ketika sampai di rumah, aku berharap adanya penjelasan dari Wulan. Karena dia lah yang pertama kali memberitahukan kepadaku tentang kejadian supranatural ini, dia bahkan masih merahasiakan hal yang ingin kutahu. Sebaiknya, kali ini semuanya diungkap olehnya. Kalau tidak, aku tidak akan bisa tenang seterusnya.

"Wulan?" Panggilku.

"Iya?" Sahutnya sembari muncul perlahan dari tak kasat mata.

"Aku mau kamu jawab pertanyaan ku dengan jujur.."

"Pasti!"

"..tanpa ada rahasia."

"Eh? Maksudnya?"

"Soal keluarga kutukan dari langit terlarang, darah campuran, jangan percaya pada kucing, dan siapapun yang mendekatinya akan terkena kutukan juga, apa kamu tahu?"

"... tidak."


Walaupun dia mahluk halus, tetapi ekspresinya seperti manusia biasa. Terlihat jelas ketika dia berbohong, melihat ke arah lain dan agak menundukkan kepalanya.

"Kalau begitu, kamu pernah bilang bahwa penyebab kejadian aneh ini karena seseorang memberikan mereka sebuah 'kuasa', ya kan?"

"Iya, benar."

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang