Aku ingat semuanya.
Aku ingat, kalau aku bangun, ada banyak hal yang menantiku, memang mungkin Larisa menungguku, tetapi mungkin untuk mengatakan perpisahan. Walaupun entah orang yang bernama Jaka itu nyata atau tidak, sudah ditemukan Larisa atau belum, tetap saja aku merasa sangat takut, takut tergantikan.
Larisa bagiku adalah segalanya, dia adalah wanita yang sempurna, pastinya ada banyak pria yang lebih baik dariku, termasuk Jaka. Aku sangat-sangat takut jika hubunganku dengan Larisa sudah semakin dalam, Larisa justru tidak bahagia bersamaku. Larisa orangnya itu terlalu baik, mungkin saja dia menyimpan perasaannya, di mana dia sebenarnya tidak bahagia bersamaku dan mendambakan kehidupan bersama orang yang selama ini ia cari-cari.
"Omong kosong!" Ujar dari kejauhan.
Secara perlahan orang itu berjalan mendekatiku hingga terlihat ternyata orang itu adalah diriku sendiri. Namun dilihat dari wajahnya, seperti dia tidak senang melihatku.
"Kenapa kamu ada di sini?" Tanyaku.
"Pertanyaannya, kenapa kamu ada di sini?"
"Aku tidak mau keluar, tidak akan.."
"Kalau kamu tidak keluar, maka ketakutanmu itu akan jadi kenyataan.."
"Apa maksudnya?"
"Aku adalah dirimu, aku tahu yang kamu pikirkan."
"Terus?"
"Bangun. Ketakutanmu hanya sia-sia. Tetapi jika kamu tidak bangun, ketakutanmu akan menjadi kenyataan.."
"Tetapi tetap saja, mau bagaimanapun juga, dia berhak mendapatkan seseorang yang lebih baik."
"Lalu kamu akan menyerahkannya begitu saja? Setelah apa yang telah kalian lakukan?"
"Itu hanya pengalaman pertama. Semua orang pasti memiliki pasangan pertamanya."
"Jadi, kamu akan menyerah begitu saja, bahkan ketika Larisa bahkan tidak berhenti berusaha untuk membuatmu kembali?"
"Tapi, mungkin aja dia mau bilang sesuatu yang menyakitkan.."
"Lu itu goblok banget atau gimana?"
"Terserah lu mau sebut gua apa, gua ga akan keluar dari sini."
Secara tiba-tiba dia menghampiriku dan melayangkan jotosnya tepat ke wajahku hingga aku terjatuh dari kursi yang aku duduki. Walaupun ini bukan dunia nyata, tetapi entah kenapa aku merasakan sakitnya.
Aku kira dia akan melanjutkan pukulannya, namun kembaranku itu hanya terdiam saja, wajah kesalnya perlahan berubah senang dan ia tertawa keras. Aku pikir dia sudah gila, ia tertawa cukup lama sampai akhirnya ia berhenti sendiri.
"Sudah puas tertawa?" Tanyaku.
"Oh puas sekali, karena aku tahu apa yang aku lakukan jika kamu tidak pergi dari sini."
"Lakukan saja, gua tidak peduli.."
"Pastinya. Tapi agar setelah gua keluar dari sini, gua akan gantiin lu. Gua akan minta dia untuk cium gua lagi, dan yah, melanjutkannya!"
"Larisa engga akan mau, apalagi setelah dia tahu lu hanyalah sebagian dari gua.."
"Larisa gak akan tahu bedanya! Lagipula dia udah berjanji kalau gua berhasil ngeluarin lu dari sini, dia akan memberikan hal lanjutannya itu!"
"Omong kosong.." geramku.
"Lu adalah gua dan mumpung gua ada di sini, lu bisa lihat apakah gua bohong atau ga.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Dunia Nalar
ParanormalRian Chandra, seorang Mahasiswa yang sedang dalam masa kasmarannya, tiba-tiba terganggu dengan banyaknya kejadian aneh yang terjadi dan secara tidak sengaja berhubungan langsung dengan dirinya. Karena kejadian aneh itu mengganggu kehidupannya, ia ti...