Menelusuri sampai ke mata airnya.

13 1 0
                                    




Aku kembali ke rumah tersebut bersama Andini yang memegang lenganku dengan erat, di sana kami sudah ditunggu oleh Lia dan orang-orangnya. Rasa ketegangannya seperti menghadapi pasukan yang kapan saja bisa menekan kami.

"Kami tidak akan bertindak seperti ini jika kamu tidak menolak, Andini" Ujar Lia.

"Dia juga tidak akan begini jika tidak kalian paksa, kalian semua juga tahu dia manusia, bukan?" Ujarku.

"Rian, dengan segala hal apa yang telah terjadi, kamu tahu seberapa berbahaya dirinya. Kami melakukan apa yang bisa kami lakukan untuk bisa menyelesaikan ini.."

"Seberapa berbahaya dirinya? Lebih tepatnya, seberapa berbahaya kami."

"Jadi kamu ingin berbalik untuk melawan?" Ekspresinya berubah menjadi lebih serius.

"Aku ingin semuanya jelas! Apa yang ingin kalian lakukan? Siapa itu Romo? dan apa yang dia inginkan dari Andini?"

"Sudah kubilang, Andini harus menerima konsekuensinya dan Romo adalah yang akan menentukan konsekuensinya"

"Lalu apa konsekuensinya?"

"Rian, kalaupun kami tahu. Kami tidak mungkin mengatakannya. Itu adalah konsekuensinya, dia telah melanggar hukum alam, dan alam menuntutnya. Tidak ada yang boleh menginterupsi, termasuk dirimu."

Sampai sejauh ini, Lia masih tidak mau memberitahukan segalanya, kurasa dugaanku untuk terus curiga kepadanya memang benar. Dilihat dari situasinya juga, orang-orangnya Lia terlihat sangat waspada kepadaku, jika begini terus, suasananya akan pecah.

"Kalau begitu, kalian harus mengubah metodemu" Ujarku.

"Rian?" Bingung Andini.

Ya, aku belum mengatakan rencanaku padanya, karena hal ini baru saja terpikirkan olehku. Aku menatapnya dengan serius dengan maksud untuk percaya kepadaku.

"Apa saranmu?" Tanya Lia.

"Andini pergi menemui atasan kalian, harus dengan keadaan sadar. Aku akan mengawasi dan menjamin keadaannya, karena aku juga akan ikut menemaninya" Ujarku dengan serius.

"Mengapa kami harus mengikuti syaratmu?" Ujar salah satu orangnya Lia.

"Karena kalau tidak, kalian tahu apa yang bisa aku dan Andini lakukan."


Setelah mendengar perkataanku, Lia termenung memikirkannya dengan serius. Beberapa saat kemudian, ia menyetujui persyaratanku, tanpa ada yang membantah keputusan Lia, mereka langsung bersiap-siap untuk keberangkatan dan meninggalkan aku berdua dengan Andini.

"Jadi kamu akan menyerahkanku pada Romo?" Tanya Andini dengan wajah takut.

"Apa yang dikatakan Lia ada benarnya, selalu ada konsekuensinya, seberapa jauh pun kita kabur, aku punya firasat hal ini akan mengikuti kita" Sahutku.

"Tetapi kalau Romo, aku tidak tahu apa yang mungkin aku terima.."

"Tenang saja, aku tidak akan membiarkannya begitu saja. Sebagai saksi dan salah satu korban, seharusnya aku bisa membela untuk meringankan konsekuensinya".

Andini melihatku dan menghela napas panjang, lalu ia membalas "Jika kamu yakin, baiklah".
















Sembari menunggu persiapan mereka, kami duduk di teras. Wajah ketakutan dari Andini tidak kunjung menghilang, sepertinya apapun yang akan ia temui itu benar-benar sesuatu yang menakutkan baginya. Aku bahkan tidak tahu siapa itu Romo, malah baru kali ini aku mendengarnya. Setelah persiapannya selesai, telah diputuskan bahwa aku dan Andini berada di mobil Lia dengan diiringi dua mobil kru di belakangnya.

Dibalik Dunia NalarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang