Pasti asing. Udah gua duga. Padahal dulu kita pernah ngerendahi ego cuma karena gak mau pisah. Sekarang malah jadi berlomba-lomba buat siapa yang paling kuat untuk gak berinteraksi sama 'mantan'. Aneh!
****
Setelah menyelesaikan masalahnya dengan Arina, Arsen langsung pulang untuk sejenak menenangkan otaknya. Ini benar-benar seperti sebuah harapan yang dijatuhkan dengan kasar. Arsen berharap Arina muncul dihidupnya dan memberikan kesan baik. Tapi kenyataannya, semesta tidak mengijinkan Arina orangnya.
Ya, mereka putus setelah beberapa jam yang lalu Arsen menyatakan cinta dan mereka jadian. Kejadian paling mengenaskan. karena seumur-unur, walaupun Arsen sering gonta-ganti pacar, dia tidak pernah memiliki rekor serendah ini. Hanya pacaran beberapa jam dan putus? Memalukan.
Arsen membuka pelan pintu rumahnya dan mengucapkan salam sebelum masuk. Seperti biasa, tidak ada sambutan hangat dari ibu seperti beberapa tahun yang lalu. Rumah itu kembali membawa kenangan dengan kondisi yang sangat sepi. Arsen kangen keluarga tentu saja. Tapi karena penyakit yang diderita ibunya sudah parah seperti apa yang dikatakan Tama, Arsen tidak boleh egois sekarang.
Walaupun dia berkeinginan untuk berkumpul bersama keluarganya. Tapi keinginan terbesar saat ini adalah kesembuhan ibunya. Biar bagaimanapun, Arsen sangat rindu dengan senyuman dan pelukan hangat dari seorang wanita yang kini sedang berbaring lemah jauh darinya.
"Kak!" Panggil Arsen.
Biasanya dirumahnya ada pembantu rumah tangga yang biasa Arsen temui. Tapi rumah nya kali ini benar-benar sepi.
"Bi!" Panggil Arsen lagi. Tapi tetap tidak ada sahutan.
Arsen berjalan manaiki anak tangga. Membuka pintu kamar Anggita, tapi tidak ada perempuan yang dicarinya.
Dia kembali menutup pintu kamar Anggita dan berjalan memasuki kamarnya yang berada tepat disamping kamar itu. Arsen menaruh tasnya diatas kasur lalu membuka gorden dan jendela kamarnya.
"Mang!" Panggil Arsen kepada satpam yang tengah berjaga dirumahnya.
Yang dipanggil berusaha mencari sumber suara. Lalu menengok keatas dan pandangan nya mengarah tepat kepada orang yang memanggilnya tadi.
"Iya den! Butuh bantuan?" Tanya satpam itu yang sedikit teriak dari bawah.
Arsen menggeleng. "Kak Anggi sama bibi kemana, mang? Kok rumah sepi banget,"
"Oh itu tadi cak ayu Anggi nya mau pergi sebentar kesupermarket. Kalo bibi ijin pulang ada anaknya yang sakit." Kata satpam itu memberitahu.
Arsen mengangguk-anggukan kepalanya saja seolah mengerti. "Makasih ya, mang!"
"Oke den siap!" Jawab satpam itu antusias.
Arsen tersenyum kearah satpam itu dan kembali menutup jendela kamarnya. Kesepiannya berlanjut.
Melepas Arina.
Sepi dirumah.
Dan tidak tahu bagaimana lagi Arsen harus melampiaskan perasaannya ini.
Dia berjalan kearah kamar mandi yang ada dikamarnya. Sedikit membersihkan diri dari bau nya seharin beraktifitas disekolah.
Keluar dari kamar mandi dengan muka dan ujung rambutnya yang sudah basah. Dua kancing kemeja sekolahnya sudah terbuka bebas. Dasi, dan ikat pinggang yang tadi dia pakai langsung dia lembar keatas kasur bersamaan tempat tasnya tadi.
Walaupun terkenal selalu membuat masalah disekolah, aturan ber-atribut lengkap itu selalu Arsen patuhi.
Arsen berjalan kearah lemari dan mengambil kaus oblong dan celana pendek santainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...