Akhir MOS

103 18 2
                                    

"Lebih sedih mana, putus yang dibicarain baik-baik, atau putus karena kecewa yang sedang memuncak?"

----

"Sekarang kalian boleh istirahat, tapi setelah kalian dengar bel masuk, kalian langsung balik lagi kelapangan karena masih banyak pengarahan yang belum disampaikan. PAHAM?" Lelaki dengan jas OSIS dan mic yang dia pegang itu mengarahkan perhatian peserta MOS yang tengah duduk dilapangan.

Jam istirahat di SMA Permata sedang berbunyi merdu dengan nada panjangnya. Siswa-siswi kelas 11 dan 12 yang tadi menjalankan hari pertamanya sebagai kakak kelas langsung berhamburan keluar kelas untuk menyantap makanan kantin.

Ketua OSIS yang diketahui bernama Reyhan itu membubarkan perkumpulan peserta MOS. Mereka langsung berhamburan untuk menuju kantin

"Kaget," Ujar perempuan manis itu sambil berjalan disamping temannya.

Teman disamping perempuan itu menengok heran, Ghaby menyerit bingung. "Lo apaan sih?" Tanya Ghaby dengan nada yang sedikit tinggi.

"Rame banget, gila. Gak nyangka- gak nyangka."

Ghaby menghembuskan nafas kasar, tidak menyangka dengan kalimat yang diucapkan temannya itu. "Buta mata lo?" cibir Ghaby. "Kemaren kemana aja pas demo eskul? lu kira gak serame ini? Jangan aneh! Kalo mau ngomong atau nanya itu yang berfaedah dikit. Otak lo perlu diasah karena kelamaan bego." Ghaby berjalan mendahului temannya dengan perasaan kesal.

Nama nya Prissil, Prissil Quenssa. Perempuan aneh yang memang sedikit lemot. Perempuan manis dengan rambut sepunggung. Sebenarnya Prissil tidak lemot, hanya saja teman satu-satunya di SMA yang dia kenal memiliki perbedaan selera humor. Persahabatan yang sudah terjalin lama itu memang memiliki sifat yang bertolak belakang dari keduanya.

"BTW Ge, gue mau daftar eskul jurnalis dulu. Dimana ruangannya?" tanya Prissil sedikit berteriak karena jaraknya dengan Ghaby sedikit jauh.

"Samping ruang UKS. "

Prissil yang sedang berusaha mengejar teman didepannya langsung berhenti sejenak mendengar jawaban dari arah belakang.

Pertanyaan yang Prissil lontarkan tadi sudah jelas-jelas ditunjukkan untuk Ghaby, bukan sesorang dibelakangnya yang barusan saja menjawab.

Prissil menengok kebelakang dan menemukan dua sosok pemuda tampan yang kini jadi menatapnya. Lelaki yang menjawab pertanyaan Prissil tadi menaikan sebelah alisnya ketika melihat Prissil berbalik badan. Prissil mematung ditempat, tidak percaya dengan kehadiran sosok yang tidak pernah dia duga sebelumnya. Sosok yang kemarin sempat dia puji karena ketampanannya.

Tapi lamunan Prissil buyar begitu saja saat satu teman lelaki tadi menepuk bahu temannya kasar, "Cewek lo," ujar teman lelaki itu memberitahu.

Lelaki yang menjawab pertanyaan Prissil tadi langsung refleks menengok kearah pandang temannya, dan benar saja, disana terlihat pacarnya yang terlihat sedang sangat merasa bahagia sambil membawa botol minum kearah lapangan.

Prissil masih diam mematung melihat apa yang dia lihat tadi. Benar-benar tidak bisa dipungkiri ada lelaki tampan di sekolah ini selain ketua OSIS tadi.

Ya bisa dibilang, Walaupun menyebalkan dan banyak mengatur, ketua OSIS tadi memang tampan.

"Heh!"

Tentang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang