Rasanya, waktu berjalan lebih cepat sekarang. Padahal keinginan sepenuhnya belum tercapai. Tapi tak apa, seenggaknya kita berhasil melewati hari dimana itu adalah worst day.
Perdebatan yang sedari tadi memenuhi kelas 10 IPA-5 jadi semakin ramai. Padahal jika salah satu dari mereka mengambil keputusan, urusannya sepertinya selesai.
Entah karena saling menunjuk untuk ikut tampil diacara perpisahan kelas 12. Atau seperti merencanakan rancangan dari ketua kelas yang tidak disetujui oleh anggotanya.
Setiap tahunnya, walaupun ini dibilang acara kelulusan, tapi semua murid yang ada di SMA Permata wajib untuk ikut serta.
Tadi kelasnya disuruh untuk menentukan siapa yang akan tampil. Prissil yang menyampaikan beritanya. Ya, karena Prissil satu-satunya anggota OSIS dikelasnya.
Memang menyebalkan. Selain memiliki tanggung jawab untuk kelasnya agar memiliki kesan yang menarik, Prissil juga sedari tadi ditunjuk untuk dia yang pentas seni nanti.
Tentu saja gadis itu menolak.
"Gua gak mau!" Tegas Prissil saat semua teman sekelasnya kompak memaksa. "Gak ada bakat juga,"
"Ya seenggaknya ada lo lah perwakilan kelas kita, Sil. "Kata Beby-ketua kelas dengan nada yang terdengar seperti orang memohon.
"Arina aja,"
Arina yang sedari tadi hanya menyimak jadi menatap Prissil degan tanda tanya saat namanya disebut.
"Kan perwakilan kelas minimal 1 orang. Denger-denger eskul teater ngasih pertunjukan kan? Yaudah lah kan ada lo ini,"
Arina mengangguk polos. "Ya emang. Gua masuk peran di drama Disney nanti," ucap Arina membuat Beby dan beberapa temannya menghembuskan nafas kecewa. Padahal tujuan mereka ingin Prissil tampil diacara itu. Tapi sepertinya Arina tidak ada didaftar orang yang mendukung.
"Ya udah nanti gua tinggal laporan ke panitianya. Udah gak usah rusuh ya kalian!" Peringatkan Prissil untuk teman-teman nya kembali diam krena Prissil sudah menemukan titik akhir.
Tentu saja langsung mendapatkan sorakan tidak terima dari teman-temannya. Walaupun begitu, Prissil masih merasa aman karena sudah tidak dipaksa untuk tampil
"Misi!"
Suara dari arah pintu membuat perhatian seluruh murid dikelas langsung teralihkan.
Disana ada Nanda, Raja dan Adnan dengan buku ditangannya.
Sebagai anggota OSIS dan tugas mereka sekarang mendaftar nama yang akan pentas. Dengan sangat terpaksa kedua orang itu mengelilingi setiap kelas.
Adnan sudah sangat kesal karena dari satu jam tadi dirinya tidak diberi istirahat oleh Nanda. Padahal mereka masih mempunyai waktu sampai waktu pulang nanti.
"Sil!" Nanda memanggil Prissil sebagai penanggung jawaban kelas.
"Iya kak jadi-" Prissil yang tadinya ingin maju untuk menghampiri mereka harus tertahan karena Beby sudah lebih dahulu ada didepan sana.
Dengan senyum semangatnya karena ada Raja, Beby malah mengambil alih yang seharusnya ini tugas Prissil. "Sini gue catet," dengan sedikit memaksa Beby mengambil buku dari tangan Nanda.
Dan dengan tidak sopannya, Beby menulis nama Prissil didaftar nama peserta.
"Nanti ada Arina dari eskul teater. Didaftarin sama pelatihnya 'kan?" Tanya Beby.
Arah pandang Beby yang bertanya kepada Raja membuat Raja mengangguk mengiyakan.
"Sama Prissil," tambah Beby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...