Farewell night, disneyland--Alice Through the Looking Glass.
Ya, hari yang sudah banyak ditunggu-tunggu kini sudah ada didepan mata. Sudah banyak pasang mata yang melihat takjub dari penampilan teman-temannya.
Dimulai dari sambutan acara dari kepala sekolah dan ketua OSIS sebagai penanggung jawabnya, acara itu benar-benar seperti acara resmi yang disaksikan puluhan pejabat. Padahal ini hanya malam terakhir mereka--kakak kelasnya yang sekarang sudah lulus itu untuk mengenang hari berkesannya.
Diakhir acara juga akan diumumkan dengan siapa saja juara kelas dan yang mendapatkan IP tertinggi diangkatan. Tentunya hal itu semakin ditunggu-tunggu karena IPK tertinggu 1-2 mendapatkan beasiswa di luar negeri untuk melanjutkan studi nya. Begitu pula dengan IPK tertinggi 3-4. Bedanya, mereka tidak memiliki kesempatan bagus untuk melanjutkan kesana karena jalur beasiswa. Tapi hanya mendapatkan beasiswa dari universitas terbaik di Indonesia.
Sekarang tiba dimana dipanggung sana ada sekerumpulan yang sedang menunjukan aksinya. Mereka dari eskul musik. Acara pembuka dari acara ini ditampilkan dari mereka yang berada di eskul musik.
Sampai ruang teater kembali ramai dengan adanya seorang perempuan yang membawakan lagu--To the Bone, Pamungkas.
Suaranya yang sangat lembut dengan perpaduan nada syair yang diciptakan dari anggota eskul musik yang memang tugasnya sekarang adalah mengiringi mereka yang bernyanyi secara solo membuat pasang mata banyak yang terpana karena penampilan yang masih dibilang pembuka.
Dan kini nama Prissil dipanggil untuk naik diatas panggung untuk menampilkan penampilan suaranya yang sudah dia latih belakangan hari ini.
Tapi saat Prissil sudah sampai ditengah panggung dan bersiap duduk dikursi yang sudah disediakan, Arsen seperti sedang mengawal Prissil dari belakang dengan tangannya yang memegang gitar.
Tentu saja Prissil bingung dengan tingkah Arsen. Pasalnya hanya nama dia yang dipanggil. Prissil juga tahu Arsen juga akan menampilkan bakat bernyanyinya nanti. Tapi diakhir acara.
"Kak ngapain?" Tanya Prissil sepelan mungkin saat Arsen kini sudah duduk disamping Prissil dengan menarik kursi yang ada diujung panggung.
"Sen lo nanti masih lama!" Teriak Yoga yang mengintip dari samping panggung.
Tentu saja suaranya hanya didengar dengan mereka yang hanya ada diatas panggung saja. Karena jarak antara kursi penonton dan panggung diruang teater cukup berjarak jauh. Memudahkan Mereka--panitia acara mengawal dengan baik jika terjadi masalah. Tanpa malu dan orang lain tahu tentunya.
Arsen menengok sekilas. Tapi respon yang diberikan Arsen hanya cengiran khas tidak bersalahnya. "Ehem!" Sapaan pertama Arsen dengan mic yang berdiri dengan alat bantu yang dia tarik dari ujung panggung bersamaan dengan kursi tadi.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatu......"
Ucapan salam dari Arsen kini dibalas penuh oleh mereka yang sedang menonton. Prissil jadi sedikit agak tidak percaya diri. Padahal tadi dia sudah menahan mati-matian rasa itu untuk dia pendam sampai sekiranya dia selesai bernyanyi dan melanjutkan tugasnya sebagai penjaga keamanan didepan sekolah sana.
"Kata Yoga saya tampilnya masih lama," ujar Arsen dengan PD nya membuat seisi ruang teater terkekeh karena tingkah aneh Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...