Setelah libur panjang kenaikan kelas. Rasanya suasana hati Arsen sedikit berbeda ketika dia dipisahkan oleh teman-temannya dikelas yang berbeda.
Bahkan Arsen sempat mendemo bersama Naufal tadi diruang guru untuk tetap menyatukan mereka seperti dikelas yang dulu.
Tentu saja mustahil rasanya suara mereka berdua didengar. Yang ada hanya omelan dan panggilan dari guru BK yang mendengar tingkah nya.
"Ah au lah! Pusing!" Seru Naufal tidak terima ketika keluar dari ruang BK.
"Kita berpisah kawan..." Lirih Arsen memeluk ketiga temannya yang ternyata sudah menunggu mereka didepan pintu.
"Najis banget si!" Ketus Icca berusaha melepaskan pelukannya. "Diem ah Arsen setan!"
"Lo gak sedih apa pisah sama gua?"
"Yang ada lo berdua yang sedih pisah sama kita-kita karena gak bakal dapet contekan lagi." Kata Adnan yang menjawab pertanyaan Arsen.
Icca tertawa. Bahkan terdengar sangat keras sampai siswa lain yang mendengar dikoridor jadi menatap Icca bingung.
Tadi saat mereka sampai disekolah bersamaan, Naufal yang paling antusias untuk mengecek mading melihat posisi kelas yang akan ditempatinya.
Dan betapa kecewanya wajah Naufal waktu itu saat dia hanya akan sekelas dengan Arsen, Icca dengan Adnan. Dan, tentu saja Raja tidak memiliki teman dikelasnya.
Sebenarnya banyak yang ingin berteman dengan Raja. Raja juga bukan tipe orang yang memilih-milih teman. Tapi menurutnya, teman yang sekarang akan lebih jauh untuk dia dibanding dia mencari teman baru.
Dia tidak bisa mengganggu Icca lagi. Tidak bisa melihat wajah konyol Arsen dan Naufal. Dan tentunya, Raja tidak bisa melihat wajah kesal Adnan saat dirinya terpojokan dikelas. Ya...karena mereka benar-benar harus terpisah. Apalagi jarak dari satu kelas Raja ke kelas temannya yang lain lumayan jauh.
"Udah dapet rekaman cctv-nya tentang itu ulah siapa?" Tanya Arsen yang langsung menghentikan tawa mengejek Icca.
Kini mereka sudah sampai di kantin. Mereka juga sempat melihat siswa-siswi baru yang sedang MOS. Tidak jarang dari mereka juga bahkan diam-diam menatap kagum kearah sekerumpulan nya. Atau bahkan, menatap iri kearah Icca karena perempuan itu satu-satunya yang berhasil masuk menerobos persahabatan lelaki itu.
"Ah iya! Gimana, Ja?" Tanya Icca yang ikut penasaran.
Setelah kejadian perpisahan kemarin yang terdapat tiga preman, sebenarnya mereka merasa kalau itu wajar saja. Atau, mungkin itu hanya sekerumpulan orang mabuk yang ingin mengacau rencana. Mereka tidak ambil pusing tadinya. Walaupun, Adnan dan Ghaby yang menjadi korban.
Tapi karena cerita Icca dikeesokan harinya, mereka semua jadi menebak-nebak siapa dalang dibalik ini semua.
Icca bilang, saat dia menunggu Yoga mengambil mobil diparkiran, ada tiga orang preman yang jaraknya tidak jauh dari dirinya. Icca yang mendapat kabar kalau Adnan diganggu preman juga jadi penasaran.
Icca masih fokus melihat mereka sambil menunggu Yoga datang. Dan betapa terkejutnya saat Icca melihat mobil yang melintas di depan preman itu dan memberikan uang yang jumlahnya mungkin banyak karena ditaruh diamplop.
Dan setelah mobil itu pergi, Icca langsung memfoto tiga preman itu dan bertanya kepada teman-temannya tentang itu preman yang sama yang menggangu Adnan atau bukan.
Dan jawaban Adnan iya.
Jaket dan topi hitam dari satu preman itu membuat Adnan yakin kalau mereka orang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...