Pagi ini, dilapangan basket SMA Permata tengah diadakan pertandingan basket dari antar sekolah SMA. Tepat pukul delapan, Tim dari SMA Permata yaitu tim Arsen sedang bertanding.
"ARSEN SEMANGATT!!"
"SEMANGAT SEMANGAT!!"
"KETOSSSS WOOOOO!!!"
Teriakan itu menggema dilapangan. Bukan dari murid SMA Permata saja yang menyaksikan. Tapi juga ada sebagian murid yang datang menyemangati sekolahnya.
Raja tidak ikut bertanding dengan tim nya hari ini. Dia bahkan tidak bersekolah. Sejak kejadian kemarin saat alerginya kambuh. Keadaan Raja jadi kacau sekarang.
Pertandingan basket sedari tadi sudah dimulai. SMA Permata bahkan sudah memasukan bola basket ke ring lebih banyak dari tim lawan. Pertandingan sebentar lagi akan usai. Diganti dengan sekolah lain yang juga bertanding.
"Keren banget. Trus semangat sampe final Kak!" Kata Prissil antusias. Perissil menyodorkan botol minum kehadapan Arsen.
Arsen tersenyum hangat. Timnya memang menang. Setelah selesai bertanding tadi, dia langsung menghampiri Prissil yang duduk paling depan di kursi penonton. "Pasti!"
"Oh iya. Bukannya kak Raja juga ikut basket ya?" Tanya Prissil.
"Iya." Arsen duduk disamping Prissil sambil menengguk air mineral yang Prissil kasih tadi.
"Trus kok gak ikut tanding, kak?"
"Dia absen."
Prissil mengangguk-anggukan kepalanya. Pandangannya kini kembali fokus oleh pertandingan yang baru saja dimulai dari sekolah lain.
"Kabarnya mendadak banget pas Raja bilang dia gak sekolah. Trus jadi diganti sama dia," Arsen menunjuk lelaki yang duduk di paling bawah barisan kursi penonton.
Prissil mengangguk lagi. Awalnya terlihat biasa saja dengan pemandangan dua lelaki yang terlihat sedang mengobrol.
Saat sampai akhirnya terlihat Rere yang tiba-tiba saja datang dan berteriak marah kepada lelaki itu.
"MAKSUD LO APA SI, RAN?"
Dilapangan basket masih terlihat ramai dengan kedua tim yang sama-sama saling kuat. Teriak-teriakan bahkan menggema lebih keras melebihi tadi.
Bahkan suara Rere berhasil mengalahkan teriakan-teriakan itu. Rere berhasil mengambil perhatian semua orang jadi menatapnya.
"Kenal?"
Kali ini Prissil menggeleng mendapati pertanyaan seperti itu. Jika bisa dibilang, ini memang pertama kalinya dia melihat lelaki itu.
Selama bersekolah disini, sekalipun Prissil tidak pernah melihatnya. Atau memang Prissil saja yang kudet sampai tidak tahu ada spesies lelaki tampan.
Meskipun jika dibandingkan, masih jauh dirinya dibawah Arsen.
"Namanya Randi. Murid baru."
Mendengar pertuturan seperti itu, Prissil langsung menatap wajah Arsen yang masih menatap perdebatan dikursi bawah sana.
"Pantes. Aku gak pernah lihat mukanya,"
Lapangan basket kini kembali seperti semula dengan teriakan semangat dari masing-masing support. Rere yang sudah ditarik untuk duduk disamping Randi jadi membuat mereka yang sempat menatapnya jadi tidak tertarik.
"Baru kemarin lusa deh kayaknya dia masuk."
"Langsung dipercaya buat main gitu?"
"Pelatih lihat data dirinya. Tim dia pernah menang tingkat kota di Jakarta waktu SMP. Ditambah dan SMA kelas satu kemarin disekolah yang dulu, Randi juara kelas terus menerus. Jadi pelatih nyaranin Randi buat gantiin Raja. Ya gue setuju aja. Ngeliat potensi Randi yang kaya gitu, jadi wajar aja menurut gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...