Kekecewaan

4 0 0
                                    

Seseorang tidak akan benar-benar menyesal jika balasan mengerikan belum terjadi didirinya sendiri.

*****

-harapan yang berkunjung kekecewaan.

Lima belas menit sebelum bel istirahat berakhir Arsen meninggalkan kantin. Menuju keloker dan langsung mengganti pakaiannya itu. Setelahnya, Arsen langsung kembali kekelas.

Saat Arsen tiba didepan pintu kelas, Arsen melihat Raja dan Nanda yang sedang membicarakan sesuatu.

Mata Nanda terlihat bengkak seperti seorang sehabis menangis. Setelah mengucapkan kata pamit untuk Nanda, Raja langsung berjalan memasuki kelas tanpa menghiraukan Arsen disampingnya.

"Lo kenapa, Nan?" Tanya Arsen.

Nanda tersenyum sekilas. "Habis berantem sama temen," ujar Nanda.

"Sampe nangis gitu?"

"Lo kayak gak tau aja kalo cewek udah berantem endingnya kaya apa,"

Memang ending berantem perempuan seperti apa?

"Bohong ya?" Arsen masih penasaran. Pasalnya, wajah Nanda terlihat sangat menyedihkan. "Berantem sama Raja? Kan gue udah bilang, gak usah terlalu ngarep lebih sama Raja. Dia emang gitu kalo udah gak suka sama orang."

Nanda memang suka Raja sejak dia masih berada dikelas sepuluh. Berawal dari lomba olimpiade yang keduanya dipasangkan, Manda jadi tahu sifat Raja seperti apa. Dingin, keras kepala, dan kadang-kadang sangat manis. Bahkan satu sekolah sudah tahu jika Nanda terus terang menyukai Raja.

"Raja welcome sama gue, Sen. Dia baik banget orangnya." Bahkan disaat kondisi seperti sekarang, Nanda masih sempat membela Raja.

"Elo yang kebangetan baiknya, Nan," ujar Arsen.

Arsen bahkan sudah tahu jika Nanda mendekati Raja, Raja akan marah besar, risih dengan keberadaan Nanda disampingnya. Makannya Arsen bingung kenapa tadi Raja bersikap biasa saja didepan Nanda.

"Nanti gue bilang ke Raja deh," ujar Raja.

Nanda menatap Arsen bingung. "Bilangin apa?" tanyanya.

"Biar dia peka sama lo. Biar dia ngerasain pacaran juga. Lama gak pacaran makannya makin batu."

****

"Loker kamu disini Ran," ujar Adnan kepada Rana saat mereka berdua sudah berada di loker tepat di lantai 2.

"Ngapain lo disini?" Tanya Adnan kepada perempuan yang sekarang ikut berbalik badan menatap dirinya.

Perempuan itu mendecak. Mengibaskan rambutnya dan melipat kedua tangannya didada. "Kenapa? Ada masalah?"

"Kalau gua liat lo aneh-aneh lagi disini, lo-"

"Ck! Berisik lo!" Kesal Rere saat Adnan mulai mengancamnya.

"Gue serius ya!"

"Yaelah lagian gua cuma ke loker temen gua doang. Nih ngambil ini nih!" Kata Rere menunjukkan satu produk kecantikan yang sudah ada digenggamnya. "Lo mau nuduh gue apa? Mau ngaduin apa lagi ke bokap gue?"

"Loker lo dilantai atas. Jangan coba-coba lo nyuri barang orang,"

"Sialan!" Rere baru saja maju ingin menampar wajah datar Adnan didepannya. Tapi suara lugu dan seseorang yang tiba-tiba berada ditengah-tengah mereka membuat Rere membatalkan niatnya.

Tentang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang