Perasaan Prissil sudah dibuat tidak tenang sejak tadi. Dirinya benar-benar merasa khawatir. Suara teriakan yang menyuruhnya mandi bahkan dia abaikan. Prissil tetap fokus pada layar ponselnya.
Seharusnya, hari ini sudah banyak pesan yang diberikan Ghaby seperti hari-hari sebelumnya saat dia dikabarkan selamat dari operasi dan keadaannya yang kian membaik. Tapi mana? Sedari tadi Prissil menunggu hal itu tapi tidak ada satu pun pesan yang dikirimkan Ghaby.
"Sil!" Panggil Mira dari luar kamarnya.
Prissil mendecak, "Masuk!" Suruh Prissil. Pasti Mira hanya menyuruhnya untuk mandi seperti beberapa menit yang lalu.
"Mandi!" Suruh Mira ketika pintu kamar Prissil terbuka menampilkan Mira dengan dress panjang berwarna biru selutut.
Benar kan! Sudah panas kuping Prissil mendengar kalimat itu berulang kali.
Tentang hubungan keluarga Prissil, kini jauh amat sangat baik. Omah dan Mira benar-benar menepati janjinya untuk tinggal menemani Prissil. Tentang ancaman omah yang mengatakan tidak membutuhkan pembantu rumah tangga itu hanya kalimat semata yang tidak benar adanya. Buktinya, mba Ine-pembantu dirumah Prissil masih ada disini.
Bahkan omah sempat ingin menambah keamanan untuk tugas memata-matai kedua cucunya itu. Tapi dengan rayuan dan bantahan dari Mira dan Prissil, akhirnya omah menurut.
"Udah mau Maghrib mandi cepet!" Suruh Mira lagi. Dia berjalan kearah jendela kamar Prissil lalu menutupnya.
Awan sudah menunjukan warna gelapnya. Hari sebentar lagi berganti menjadi malam. Pemandangan luar dari dalam kamar Prissil memang memabukkan. Membuat siapa saja betah berlama-lama walaupun hanya memandangi hal yang tidak jelas dari atas sini.
Mira bahkan sempat terbawa suasana hingga dirinya sadar masih ada gadis keras kepala yang harus dia hadapi. Mira menutup gordennya lalu duduk disamping Prissil yang masih dengan posisi tengkurap dengan ponselnya masih setia ada didepan wajah.
"Cepet!" Mira menarik tangan Prissil untuk bangkit dari tidurnya.
"Cepet keburu omah yang nyamperin kamu,"
"Prissil!"
Nah kan, itu teriakan omah dari bawah sana. Mira membulatkan matanya saat langkah kaki seseorang berjalan mendekat kearah kamar Prissil.
Seharusnya Prissil yang panik disini karena dirinya yang akan kena marah. Tapi sepertinya Prissil merasa bodoamatan dengan posisi yang tidak berubah sekalipun bahkan dengan dorongan Mira.
"Udah mandi belum?" Tanya omah yang langsung masuk kedalam kamar Prissil.
"Astaghfirullah!" Sambung omah yang melihat Prissil masih mengenakan seragam sekolah.
"Prissil mandi sekarang!"
Prissil bangun dari posisinya lalu menatap omah. "Males banget, omah," ujarnya lirih. Merayu omah untuk tidak terus-terusan menyuruhnya mandi.
"Sil!" Panggilan singkat itu membuat Prissil kembali mendecak kesal. Omahnya ternyata masih tetap dengan pendiriannya.
"CK! Iya-iya!"
Dan, yah! Akhirnya Prissil membawa langkahnya berjalan menuju kamar mandi. Tentu saja karena suruhan omah yang nadanya sudah terdengar sangat beda.
"Cepet! Dibawah udah ada yang nunggu kamu,"
****
Menanggapi ucapan omah tadi, setelah mandi dan dengan balutan piyama tidurnya Prissil menemui seseorang yang katanya tengah menunggu dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...