"Kok bisa sih, hati lo cepet banget tertarik sama sesuatu?"
---
Seorang perempuan dengan baju piyama tidur berwarna biru tua itu turun menuruni tangga, berjalan menuju dapur. Perutnya terasa lapar, tapi pembantu dirumahnya sudah pulang satu jam lebih dulu tadi.
Dia membuka kulkas dan mengambil satu mie instan dan satu butir telur. Tangannya bermain lihai diatas kompor dan berhasil menghasilkan satu porsi mie instan dengan kuah.
Saat dirinya membawa mekanan itu menuju ruang makan, matanya tidak sengaja melihat lelaki yang 2 tahun lebih muda darinya sedang membaringkan tubuh sambil memainkan ponsel. Dan lelaki itu juga terlihat memakan satu roti tawar yang dia makan sambil berbaring santai.
Anggita Chatama fairly. Perempuan cantik berkulit putih itu sedang membawa satu mangkuk berisi mie dan membawanya menuju ruang keluarga.
"Lo jangan mau ya," Ujar Anggita ketika sudah duduk tidak jauh dari adik lelakinya.
Arsen menatap kakak perempuannya malas. "Gak mau gue juga."
"Bagus!" Anggita mengancungkan jempolnya.
Keadaan seperti itu memang sering terjadi. Sering sekali jika harus Arsen yang mengalah dari pada Anggita. Walaupun usia Anggita lebih tua darinya, entah mengapa Arsen selalu menganggap kakak perempuannya itu sebagai gadis cantik yang galak dan sedikit polos.
Anggita memang seorang kakak, tapi Arsen rasa tidak salah juga menjaga kakaknya itu 'kan? Apalagi Anggita adalah seorang perempuan. Arsen jadi punya rasa tanggung jawab yang besar kepadanya.
Semenit kemudian, Terdengar suara ketukan pintu dan bel berbunyi dari arah luar rumah. Kedua adik kakak itu saling pandang sampai ketika Arsen lah yang memutuskan untuk membukakan pintu.
Arsen bangun dari posisinya, meletakkan ponsel yang tadi dia mainkan. Dia berjalan kearah luar rumah dengan langkah semangat.
Dia kembali dengan wajah gembiranya dan membawa seplastik makanan dan minuman dikedua tangannya. Arsen duduk disofa panjang tadi dan menaruh yang dia bawa dimeja depannya.
Anggita langsung menatap adiknya itu penasaran. "Lo nge-order makanan malem-malem gini?"
Arsen mengangguk saja sembari memberikan senyum manisnya.
"Kok lo gak bilang gue sih!" Kesal Anggita memukul lengan Arsen kencang.
Arsen meringis kesakitan setelahnya. "Lo kalo makan mana pernah malem sih, Kak? Itu aja lo makan mie tumben banget. Biasanya juga kalo ditawarin makan malem bilangnya diet." Cibir Arsen.
"Ya tapi kan itu bakso nya enak banget, Sen." Kata Anggita dengan wajah murung.
Arsen menusuk gelas plastik yang berisi jus jeruk, dia menatap kakak perempuannya dengan tatapan meledek. "Lo mau, Kak?"
"Mau!" Jawab Anggita antusias. Dia langsung menatap lawan bicaranya dengan semangat.
"Beli lah. Enak aja," Ujar Arsen dengan tidak tahu dirinya. Arsen meminum jus jeruknya dengan dibuat-buat yang bertujuan untuk meledek Anggita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...