Ketahuan omah

12 0 0
                                    

"Mang, gado-gado-nya 2 sama teh manisnya 2 ya mang!"

Arsen dan Prissil kini berhenti disebuah jalan pedagang kaki lima yang letaknya tidak jauh dari sekolah tadi.

Arsen yang menyuruh Prissil untuk makan terlebih dahulu. Arsen juga merasa lapar sebenarnya. Anggap aja, ini kencan pertama.

"Gue tau lo laper." kata Arsen sambil membuka jaketnya.

Prissil tersenyum samar. "Sedikit," ujarnya kaku.

"Masih aja kaku." Arsen terkekeh. "Sekarang gue pacar lo kalo lo lupa."

Sekarang? trus, sebulan yang lalu dia anggap apa? pacar rasa orang asing? Arsen benar-benar menyebalkan.

Tidak lama, pedagang itu menaruh pesanan Arsen diatas meja membuat mata Arsen berbinar. Perlu diketahui, gado-gado adalah makanan favorit seoarang Arsen.

"Kemarin-kemarin juga sih." kata Arsen menambahi.

Blush! Pipi Prissil benar-benar merah sekarang. Bagaimana bisa hanya perkataan sederhana tapi bisa membuat hatinya menghangat. Prissil tersedak seketika mendengar kalimat itu.

"Kenapa? kaget?" tanya Arsen.
Arsen memgambil satu gelas teh manis dan memberikannya kepada Prissil. Dan Prissil yang peka atas tindakan Arsen, segera meminum minuman itu perlahan.

Arsen mengambil tissu lalu memberikan tissu itu dihadapan Prissil. "Ambil!" suruhnya.

Prissil mencebik lalu mengambil tissu itu dari tangan Arsen. Lelaki menyebalkan. Lelaki tidak peka. Kesal rasanya jika merasakan punya pacar seperti Arsen.

"Dasar, gak peka banget sih!" batin Prissil.

"Gak usah keselin gue mulu." kata Arsen yang masih fokus pada makanannya.

Arsen cenayang sampai-sampai bisa membaca pikirannya sekarang? Oke. Rasanya Prissil harus lebih hati-hati kalau ingin menyumpah serapahi pacarnya ini.

"Sekarang, tugas lo adalah menetap. Dan bikin gue percaya kalo lo emang pantes ada disamping gue." beritahu Arsen lagi. Dia mulai cerewet sekarang.

Prissil menatap Arsen sendu. "Kak."

"Kenapa?"

"Bisa gak ngomongnya nanti aja? gak baik ngomong sambil makan. Aku kesedak mulu jadinya." omel Prissil.

Arsen terkekeh mendapati muka kesal pacarnya itu. "Emang kenapa? ucapan gue ngagetin?"

"Ya lo pikir sendiri aja bambangggg..." Prissil membatin, lagi.

Prissil lebih memilih untuk melanjutkan makannya. Mengabaikan Arsen yang sudah tersenyum merdeka sekarang.

Ponsel Prissil berbunyi. Prissil mengeluarkan ponselnya dari saku rok abu-abu miliknya itu dan langsung membaca nama siapa yang menelpon-nya sekarang.

"Siapa? selingkuhan lo?"

Demi Tuhan. Apatadi dia bilang? selingkuhan? enak saja. Jika memang iya. Tidak mungkin Prissil masih mempertahankan hubungannya dengan Arsen. Dia masih sayang selingkuhannya jika harus bonyok dihadapan Arsen nantinya.

Prissil memutar kedua bola matanya malas. "Teh Mira. Kakak aku." jawab Prissil lalu mengangkat panggilan telpon tersebut.

"Kenapa teh?"

"Dimana?"

Prissil mengedarkan pandangan kesekelilingnya. "Di tempat pedagang kaki lima yang ada di Deket sekolah. Emangnya kenapa?"

"Kenapa-kenapa!" Mira mengulangi ucapan Prissil. Terdengar nada marah didalamnya. "Gak inget sekarang udah hampir malem? gak ngabarin lagi. Cepetan pulang. Gak baik sendirian gitu. Omah juga udah ngamuk nih,"

Tentang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang