Baikan.

13 0 0
                                    

Nyelesain masalah tapi emosinya masih gak keatur itu endingnya pasti nyakitin. Besok pasti kamu bakal bilang 'seharusnya aku gak ngomong gini'.

****

"Kak....."

"Hm?"

"Harus gini?"

"Apanya?"

Prissil menghembuskan nafasnya kasar. Satu jam lebih dia masih dengan posisi yang sama di meja belajar menatap seseorang yang terpampang jelas dilayar laptopnya.

Arsen masih terlihat acuh padahal Prissil benar-benar sudah sangat bosan dengan ke-random-an Arsen yang tiba-tiba bilang ingin ditemani belajar.

Padahal selama kurang lebih 3 bulan mereka menjalin hubungan, Arsen paling anti sekali jika dirinya tiba-tiba ditelpon atau dichat. Tapi sekarang malah dirinya sendiri yang meminta untuk Vidio call disalah satu aplikasi komunikasi.

Jarum panjang dikamar Prissil sekarang sudah menunjukan pukul 9 malam lewat. Tapi Arsen tidak ingin jika panggilan itu dimatikan.

Padahal juga tidak ada pembicaraan serius didalamnya.

Arsen juga tidak mengatakan sepatah katapun atau memulai pembicaraan terlebih dahulu sebelum Prissil yang membuka suara seperti tadi. Selebihnya, benar-benar hening satu jam mereka habiskan.

"Kak!"

"Iya ada apa, cantik?" Respon Arsen yang matanya masih terfokus dengan soal-soal buku yang dia kerjakan.

"Kak Arsen kenapa sih?"

"Melting ya?"

"Sotoy!"

Arsen terkekeh tanpa menoleh sedikitpun kearah sumber suara. Suara Prissil di ponselnya mungkin hanya terdengar seperti angin lewat saja yang hanya seperlunya dia balas.

"Kak aku matiin ya?"

"Jangan!"

"Terus aku ngapain disini?"

"Ya temenin gua nugas,"

"Kak!"

"Iya Prissil..... Kak, kak, kak mulu heran,"

"Kak!"

"Iya sayang ken-"

"Yang tadi sore, maaf ya."

"Pasti."

"Tapi kenapa kak Arsen gak iyain putus aku aja sih?"

Arsen berhenti sejenak dari aktivitas nya. Kali ini dia menatap layar dan tatapan keduanya bertemu saat itu juga. Arsen membuang nafasnya sejenak lalu menaruh pulpennya diatas meja. "Nyelesain masalah tapi emosinya masih nggak keatur itu endingnya pasti bakal nyakitin. Pasti lo besok bakal nyesel dan bilang, 'Harusnya gua gak minta putus sama kak Arsen. Jadi putus beneran 'kan. Masa gua mutusin cowo keren kayak kak Arsen sih.'."

Prissil mendecak. "Aku serius, kak!"

"Ya lagian aneh. Masa diteror buat kita putus."

"Karena penerornya kak Rere, jadi menurut aku lebih baik kita putus karena itu yang kak Rere pengen. Dia pengen kak Arsen balik lagi sama dia."

Tentang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang