Cerita dari Beby.

17 0 0
                                    

"Kemungkinan Ghaby sembuh aja aku gak tau. Gimana aku bisa tenang?" Tanya nya dengan diakhiri kekehan.

Arsen ikutan terkekeh. "Jalan pikir Lo gitu sih. Omongan adalah doa, lho."

Kalimat akhir yang terdengar seperti ancaman membuat Prissil membulatkan matanya. Dia menggelengkan kepalanya lucu sembari tangannya melambai-lambai seolah berkata tidak.

"Btw Lo OSIS, ya?"

Prissil mengangguk.

"Tema perpisahan tahun ini apa?"

"Disney."

"Mainin apa?"

"Belum dibicarain lagi, kak. Masih fokus sama ketua OSIS baru. Lagian kenaikan masih ada waktu beberapa bulan lagi."

Arsen mengangguk-anggukan kepalanya. Melihat raut wajah Prissil yang masih tidak bersemangat. Arsen kembali bertanya, "Lo khawatir banget ya sama temen Lo?"

"Ghaby itu temen aku, kak."

"Iya tau. Maksud gua-"

"Waktu orang-orang disekitar aku pergi. Cuma Ghaby yang support aku. Bantu aku bangkit."

****

"Aduh kak! Kayaknya gak perlu deh,"

"Kenapa? Lo mau nyusahin gua lagi kalo misalnya lo pingsan?"

"Ya tapi kan gak mungkin kakak ada disamping aku."

"Oh.... Lo mau nyusahin orang ya?" Tanya Arsen dengan senyum liciknya yang sedikit menggoda.

Setelah berbincang-bincang di pinggir lapangan tadi. Entah karena apa Arsen malah mengajak Prissil untuk ikut makan dikantin bersamanya. Arsen menawari Prissil yang tentu saja langsung membuat Prissil bingung. Ada apa dengan Arsen?

"Gak gitu," ujar Prissil dengan nada tidak enaknya. Dia merasa seperti merepotkan Arsen sekarang.

Apalagi, saat jalan berdua disamping Arsen. Banyak pasang mata perempuan yang menatap Prissil tidak suka. Mungkin karena Arsen diincar siswi cantik disini. Jadi mereka merasa tersaingi. Entahlah.

Prissil jadi merasakan semangatnya kembali saat orang yang dia suka ada disekitar nya. Mungkin kemarin saat Ghaby ke Singapura meninggalkan Prissil, Prissil masih shock dan khawatir akan keadaan Ghaby jadinya dia tidak menyadari keberadaan Arsen didekatnya.

Dan sekarang, sudah sedekat ini. Prissil menjadi punya harapan baru. Apa mungkin setelah ini Arsen menjadi menyukainya? Rasanya tidak mungkin.

"Dia ikut gabung ya? Kasian nolep," ujar Arsen ketika sampai dimeja teman-temannya yang sedang menikmati makanan.

"Boleh-boleh sini duduk!" Ya. Icca yang pertama kali menanggapi kalimat Arsen.

Arsen sudah mendaratkan bokongnya untuk duduk disamping Naufal. Prissil juga mengikuti duduk tepat ditengah-tengah Arsen dan Icca. Disamping Icca ada Raja yang ternyata didepan Prissil terdapat Yoga dengan Adnan yang ada ditengah-tengah Yoga dan Naufal.

Prissil tidak menanggapi tatapan-tatapan aneh yang dilayangkan dari teman-teman Arsen. Dia memilih untuk ikut serta dalam pembicaraan Icca yang sedikit bertanya kepada Prissil.

Tanpa Prissil sadari, ada tatapan Yoga yang langsung kaget ketika Prissil berjalan berdampingan dengan Arsen dan ikut menikmati makanan satu meja dengannya. Raja dan Adnan juga begitu. Mungkin karena belum terbiasa dengan kehadiran perempuan seperti Prissil disekelompok persahabatannya. Naufal malah biasa saja. Dia terlalu menikmati mie rebus dengan telor yang baru saja sampai itu.

Tentang HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang