Tepat hari ini, hari pertama Prissil bersekolah tanpa ditemani Ghaby yang selalu disampingnya. Ghaby yang selalu mendengarkan keluh kesah bagaimana kehidupan Prissil. Cerita yang terus-menerus diucapkan tidak jarang juga membuat Ghaby jadi jengkel.
Kemarin, tepat Ghaby sadar dari pingsannya, ayah Ghaby langsung mengurusi surat pamit tidak hadir sekolah karena ingin berobat. Ayah Ghaby juga menceritakan penyakit yang Ghaby alami agar guru mengijinkan ijin yang akan lama nantinya.
Ghaby yang terkenal selalu baik-baik saja disekolah malah dikabarkan punya penyakit yang sedikit parah. Bu Nada memaklumi itu dan ikut meminta ijin kepada kepala sekolah sampai akhirnya diijinkan.
Benar-benar tepat setelah Ghaby bangun dari pingsannya, ayah Ghaby langsung mengajak Ghaby langsung ke bandara untuk cepat sampai kearah tujuan, Singapura.
Pikiran Prissil sangat kacau. Dia sedang memikirkan bagaimana kondisi Ghaby sekarang. Apa dokter yang menanganinya sekarang sangat baik sampai-sampai ayah Ghaby membawanya ke Singapura? Pertanyaan itu kembali berputar-putar diotaknya.
Sampai jam istirahat tiba, Prissil benar-benar tidak banyak bicara. Perempuan itu langsung berjalan kearah kantin untuk membeli makanan. Biar bagaimanapun juga, dia harus tetap menjaga dirinya sendiri.
Tapi saat dirinya kini sudah sampai didepan pintu masuk kantin, ponsel disakunya bergetar membuat Prissil berhenti seketika.
Ketemu dikantin aja, Sil.
Pesan yang diterimanya dari Reyhan membuat wajah Prissil lebih tidak bersemangat. Memangnya sepenting apa yang ketua OSIS itu ingin sampaikan sampai-sampai mengobrol lewat chat tidak sempat?
Padahal Prissil sudah mati-matian meng-scroll nomor Reyhan yang ada di grub OSIS untuk menanyainya. Tapi balasannya malah seperti itu.
Prissil membuang nafasnya kasar. Dia menaruh ponselnya disaku dan kembali jalan mencari keberadaan Reyhan.
"BANCI BANGET HIDUP LO SAMPAI-SAMPAI LO BERANI NYENTUH CEWEK? SAMPAH!"
"DIA YANG TERLALU IKUT CAMPUR MASALAH GUA!"
"ANJING!"
Terdengar jelas kalimat itu ditelinga Prissil. Setelah beberapa langkah memasuki area kantin, dirinya malah disambut dengan pertengkaran yang terlihat disebabkan oleh kedua kakak kelas lelakinya. Entah karena apa.
Tapi Prissil tidak memperdulikan itu sekarang. Mood-nya benar-benar tidak baik jika harus mencari lebih dalam titik permasalahan itu.
Sampai pusat perhatiannya kini tertuju dengan Reyhan yang mencoba memasuki kerumunan.
Mungkin alam sadar Prissil masih tidak mengerti jika Reyhan ingin menghentikan perkelahian. Prissil malah melangkah maju mengikuti Reyhan.
Sampai dirinya dihalangi tubuh lelaki yang memegang kedua pundaknya kencang seperti melindungi.
"Aws!" Kalimat awal yang diberikan lelaki itu terdengar seperti menahan sakit.
Keduanya saling berhadapan dengan jarak sangat dekat. Lelaki itu melepas pegangan tangannya dipundak Prissil dan beralih memegang lengan kirinya.
"Bego ya?" Tanya lelaki itu dengan sedikit meringis kesakitan.
Prissil yang sudah sadar bahwa keadaan disekitarnya sedang tidak baik-baik saja langsung terkaget melihat lengan kiri lelaki itu baru tergores kaca demi menyelamatkan Prissil.
Ya, Arsen baru saja melindungi Prissil yang tadi sempat membahayakan dirinya sendiri. Saat perkelahian itu tidak bisa dipisahkan, salah satu dari lawan membanting gelas kaca dan serpihannya dia lempar kearah lawan. Tapi bukannya mengenai sasaran, lawannya malah mengelak dan berakhir mengenai bawah sikut lengan kiri Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Harapan
Teen FictionAku yang berjuang, aku juga yang terbuang. Saat harapan yang memang tak pantas untuk di ingatkan. Saat harapan yang hanya menjadi debu dimasa abu-abu. Saat harapan yang memang menyakitkan jika terus diperjuangkan. Dan sekarang, rasaku punah karena k...